Rabu, 21 Mei 2014

contoh makalah kimia (Koloid)

TUGAS KIMIA
KOLOID



Di susun oleh:
Nama : Aprilia Nurul Fadilah
No.     : 07
Kelas  : IX IPA 4


SMANSARI




KATA PENGANTAR

Puji syukur di panjatkan hanya ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, taufik dan inayah-Nya sehingga makalah KOLOID dapat terselesaikan dengan baik. Makalah KOLOID ini memuat berbagai informasi yang berkaitan dengan materi Koloid.
Dengan di susunnya makalah ini di harapkan mampu menjadi jembatan penambah wawasan bagi pembaca.
Akhirnya penyusun mengucapkan selamat membaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat. Amin




Wonosari, 10 januari2013
Penyusun


APRILIA NURUL FADILAH



 
PENGERTIAN KOLOID


Koloid adalah suatu sistem campuran yang berada diantara larutan dan campuran kasar (suspensi). Koloid terdiri dari fase terdispersi dan medium pendispersi . fase terdispersi memiliki ukuran tertentu . zat yang didispersikan disebut fase terdispersi , sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Dalam kehidupan sehari-harii kamu menemukan beberapa contoh larutan, suspensi dan koloid bukan? Misalnya larutan gula , campuran minyak dan air, juga susu.
Berikut adalah perbedaan antara suspensi, koloid dan larutan.
Larutan
Koloid
Suspensi
Larutan gula
Campuran susu dengan air
campuran pasir dengan air
Bersifat homogen
Bersifat ho mogen secara makroskopis
Bersifat heterogen
Ukuran partikel kurang dari 1 nm
ukuran partikel 1-100nm
ukuran partikel lebih dari 100nm
Tidak dapat disaring
Dapat idasaring sengan penyaring ultra
dapat disaring
terdiri atas 1 fase
terdiri atas 2 fase
terdiri atas 2 fase
stabil
Umumnya stabil
tidak stabil
Tabel perbedaan suspensi koloid, campuran







PENGGOLONGAN KOLOI
Koloid dapat digolongkan berdasarkan bentuk partikelnya, cara pembentukannya, interaksi antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid.

A.   Bentuk partikel
Dari segi bentuk partikel koloid dapat berupa:
-       Lembaran (laminar)
-       Serat (fibrilar)
-       Butiran (korpuskular)
B.   Cara pembentukannya

Berdasarkan cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi koloid dispersi, koloid asosiasi dan koloid makromolekul.

1.     Koloid dispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran (dispersi) partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam medium (fase pendispersi) dengan membentuk agregat-agregat molekul atau atom yang sangat banyak.
Contohnya: dispersi koloid emas (Au) dan belerang (S).
2.     Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) molekul-molekul kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk agregat-agregat molekul yang disebut misel.
Contoh: larutan sabun dan detergen.
3.     Koloid makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang sangat besar (makromolekul).
Contoh: protein dan polimer tinggi seperti karet dan plastik.

C.   Interaksi dengan medium

1.  Koloid Irofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil).
2.  Koloid Irofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya, sehingga cenderung memisah (tak stabil).

D.   Perubahan bentuk

1.  Koloid reversibel, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula sebaliknya. Contoh: susu bubuk dan plasma darah kering.
2.  Koloid irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid tidak dapat menjadi koloid kembali. Contoh: sel belerang dan sel emas. (Estien Yazid, 2005)







BEBERAPA MACAM KOLOID
1.      Sol
Sol adalah dispersi koloid dimana partikel padat terdispersi dalam cairan. Sol dibagi menjadi dua, yaitu:
a.     Sol liofil
Pada sel liofil partikel-partikel padat akan menyerap molekul cairan (suka pelarut). Jika pelarutnya air disebut sol hidrofil.
b.     Sol liofob
Pada sel liofob partikel-partikel padat tidak menyerap molekul cairan (tidak suka pelarut). Jika pelarutnya air disebut hidrofob.

Pembuatan sol
        Cara dispersi
Dilakukan dengan memecah atau menghaluskan butir-butir yang lebih besar (suspensi) menjadi butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid.
        Cara kondensasi
Pembuatan koloid dengan mengubah partikel-partikel kecil (larutan) menjadi partikel besar berukuran koloid.
        Pertukaran pelarut
Suatu koloid dibuat dengan menukar atau menambahkan pelarut lain ke dalam larutan. Agar terbentuk koloid zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang ditambahkan dan kedua pelarut harus bercampur sempurna.
        Pendinginan berlebih
Suatu campuran yang terdiri dari pelarut air dan organik didinginkan, sehingga salah satu komponennya dapat membeku membentuk koloid.

2.      Emulsi
Emulsi adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur. Agar terjadi suatu campuran koloid, maka harus ditambahkan suatu bahan yang disebut zat pengemulsi atau emulgator.

Pembuatan emulsi
Cara sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah sedikit demi sedikit sambil mengaduknya.






3.      Gel
Gel adalah sol liofil berbentuk setengah padat. gel ini dibagi dua yaitu gek elastis dan non elastis.
        Gel elastis (kenyal)
Gel ini setelah dihilangkan airnya (didehidrasi) dapat dibentuk kembali menjadi gel dengan penambahan air. Gel kenyal dibuat dengan melarutkan sel liofil dalam aor panas. Setelah dingin akan terbentuk gel kenyal.
        Gel non elastis (tak kenyal)
Setelah didehidrasi gel ini tidak dapat diubah menjadi gel kembali dengan penambahan air. Dehidrasi sel ini membentuk bubuk. Gel tak kenyal dapat diperoleh dengan mencampurkan larutan garam silikat dengan HCl.






















SIFAT – SIFAT KOLOID
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Sifat Fisika                                                                    
Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2.      Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul.
3.      Sifat Optis
Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
4.      Sifat Kinetik
Selain menunjukkan efek Tyndall,  partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena gerakan Brown.
Partikel-partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
5.      Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut elektroforesis.
6.      Koagulasi
Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi.


7.      Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda baik berupa padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu.





























Pada percobaan pembuatan koloid, dilakukan beberapa percobaan seperti:
a.     Koagulasi
Pada percobaan koagulasi, disediakan 2 tabung reaksi. Pada salah satu tabung reaksi diisi dengan 2 ml BaCl2 dan pada tabung reaksi yang lain diisi dengan 2 ml NaCl. Pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes AgNO3 dan hasil reaksi adalah adanya endapan AgCl. Dari pengamatan didapatkan endapan AgCl dari NaCl + AgNO3 lebih banyak.
Pada penambahan AgNO3 + BaCl2 seharusnya menghasilkan endapan yang lebih banyak dibandingkan dengan hasil reaksi dari AgNO3 + NaCl. Hal ini karena Ba terletak pada periode yang lebih dibawah dari Na sehingga menyebabkan kelarutannya semakin berkurang. Tapi, pada percobaan ini endapan yang dihasilkan AgNO3 + NaCl lebih banyak dikarenakan terjadinya kontaminasi pereaksi oleh alat-alat yang digunakan. Dalam hal ini adalah tabung reaksi.
b.     Dispersi
Pada percobaan dispersi, dibandingkan amilum yang telah digerus dan sebelum digerus. Pada tabung reaksi pertama diisi dengan 1 gr amilum yang telah digerus ditambahkan 5 ml aquades dan disaring. Filtrat hasil saringan amilum ditetesi dengan I2 dan hasilnya adalah filtrat berubah warna menjadi biru tua dan terdapat endapan. Endapan timbul dikarenakan amilum yang digerus sebagiannya lolos dari kertas saring dan tercampur dengan filtrat. Sehingga setelah ditetesi dengan I2 warna larutan menjadi biru tua. Pada amilum yang tidak digerus, yang lolos dari kertas saring hanya filtrat dan hanya sebagian kecil dari amilum, sehingga setelah ditetesi I2 warna larutan berubah menjadi biru tetapi lebih muda dari amilum yang  digerus.
c.      Emulsi
Pada percobaan emulsi, CCl4 ditambahkan dengan H2O. Hasilnya aadalah terdapat 2 fase dikarenakan adanya perbedaan kepolaran dari CCl4 dan H2O. Setelah itu, ditambahkan detergen sebagai emulgator, dikocok dan hasil dari penambahan detergen adalah CCl4 dan H2O akan bercampur menjadi emulsi.
Terjadinya emulsi setelah penambahan detergen, dikarenakan detergen berfungsi sebagai emulgator. Molekul detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut ekor). Kepala detergen atau sabun adalah gugus hidrofil (tertarik ke air). Sedangkan bagian ekor adalah gugus hidrokarbon yang bersifat hidrofobik (tertarik ke CCl4) dan bagian ekor ini (gugus non polar) akan saling tarik menarik dan cenderung berkumpul, sehingga membentuk koloid.
d.     Koloid pelindung
Pada percobaan koloid pelindung, penambahan BaCl2 dan gelatin dan ditambahkan 1 ml AgNO3 tidak menghasilkan endapan AgCl. Dikarenakan penambahan gelatin berfungsi sebagai pelindung koloid sehingga koloid dapat tetap terbentuk.

e.      Adsorpsi
Pada percobaan adsorpsi, sirup disaring pada kertas saring yang telah dilapisi norit. Norit berfungsi sebagai  adsorben yang dapat menyerap zat warna dari sirup sehingga hasil saringan warna sirup berkurang dari warna sebelum penyaringan.
Pada setiap percobaan yang dilakukan, setiap pereaksi memiliki fungsi tersendiri. Misalnya saja pada percobaan koagulasi fungsi AgNO3 adalah sebagai pembentuk endapan dari partikel koloid. Pada percobaan dispersi, penggerusan dilakukan untuk memecah atau menghaluskan butir amilum sehingga menjadi butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid. Pada percobaan emulsi, penambahan detergen berfungsi sebagai emulgator yang dapat membuat CCl4 dan H2O menjadi emulsi. Pada percobaan koloid pelindung, fungsi penambahan gelatin sebagai koloid pelindung sehingga pada penambahan AgNO3 tidak terjadi endapan dan koloid tetap terbentuk. Pada percobaan adsorpsi, fungsi penambahan norit sebagai adsorben yang dapat menyerap warna dari sirup.
Koloid mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Contohnya, dapat mengurangi polusi udara, pembuatan lateks, penjernihan air, sebagai deodoran, dan banyak manfaat lain dari koloid dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pada percobaan yang dilakukan, tidak dipungkiri masih ada kesalahan yang dilakukan. Faktor kesalahan pada percobaan meliputi:
    Penggerusan amilum yang kurang halus sehingga partikel amilum belum seukuran koloid.
    Ketelitian dalam penimbangan amilum sehingga pembandingan menjadi kurang akurat.
    Alat yang digunakan kurang bersih sehingga terjadi kontaminasi pada saat melakukan percobaan koagulasi.

Ditinjau dari interaksi antara fasa terdispersi dengan fasa pendispersi, koloid dibedakan menjadi koloid liofob dan koloid liofil.
1.      Koloid liofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil). Jika mediumnya air disebut koloid hidrofil. Hidrofil dalam bahasa Yunani artinya adalah suka air contoh koloid hidrofil adalah tepung kanji dalam air.
2.      Koloid liofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya, sehingga cenderung memisah (tak stabil). Bila mediumnya air disebut koloid hidrofob. Hidrofob dalam bahasa Yunani artinya tidak suka air contohnya adalah sol emas dalam air.



EXPERIMENT
Apa yang telah dibahas dalam subtopik ini dapat dibuktikan slah satunya dengan sebuah eksperimen seperti yang di bawah ini:
Tujuan:
mempelajari berbagai jenis campuran
Alat dan Bahan:
Gelas kimia (100ml)
Pengaduk corong kertas saring
Gula pasir
Terigu
Susub instant
Ureasabun
Serbuk belereng
Air suling
Cara kerja:
1. Isilah 6 gelas kimia dengan 50 ml air suling
2. Tambahkan:
a. 1 sendok teh gula pasir dalam gelas-1
b. 1 sendok teh terigu dalam gelas-2
c. 1 sendok teh susu instan dalam gelas-3
d. 1 sendok teh urea dalam gelas-4
e. 1 sendok teh sabun dalam gelas-5
f. 1 sendok teh serbuk belerang dalam gelas-6
3. Aduklah setiap campuran. Perhatikanlah apakah zat yang dicampurkan larut atau tidak.
4. Diamkan campuran tersebut. Catat apakah campuran itu stabil atau tidak stabil;bening atau keruh
5. Saringlah setipa campuran. Catat manakah yang meninggalkan redisu dan apakah hasil penyaringan bening atau keruh.
Hasil Pengamatan:
Sifat campuran Campuran air dengan
Gula Terigu Susu Urea Sabun Belerang
Kelarutan
Kestabilan
Bening/keruh
Residu
Filtrat
Bening/keruh
Diskusi:
- Campuran –campuran tersebut termasuk dalam larutan, sejati, koloid atau suspensi
- Kesimpulan dari percobaan di atas
Campuran air dan gula akan membentuk larutan gula. Zat terlarut tidak tampak lagi, tersebar dalam bentuk partikel-partikel yang sangat kecil. Larutan merupakan campuran homogen, stabil dan tidak dapat disaring. Susu dengan air membentuk larutan yang keruh. Jika didiamkan campuran tidak menghasilkan endapan dan larutan keruh tersebut tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan. Campuran ini homogen terdiri atas dua fasa. Tepung dan air, membentuk endapan dari tepung yna tidak larut. Larutan bersifat homogen dan dapat dipisahkan dengan penyaringan. Dari pengamatan ini menunjukkan bahwa ukuran patikel-partikel yang terdispersi dalam suatu campuran menentukan jenis dan sifat campuran tersebut. Karena perbedaan ukuran partikel terdispersi tersebut maka larutan dan koloid sama-sama tercampur homogen, dapat dibedakan dengan kertas selofan. Partikel larutan dapat menembus kertas selofan sedangkan partikel-partikel koloid tidak. Besarnya partikel terdispersi merupakan faktor penentu dari sifat atau keadaan campuran (larutan, koloid atau suspensi)





















Manfaat koloid

1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:

Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:


4. Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.


5. Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.


6. Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
7. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
8. Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
9. Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air  sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.
10.Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini

memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).  Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel  bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
11. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol  getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah  karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.

Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain,  misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.

12. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa  koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.









  DAMPAK NEGATIF SISTEM  KOLOID

Selain memberikan manfaat, sistem koloid juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

1.      Asbut
Asbut adalah sistem koloid yang terdiri atas berbagai partikel gas dan partikel -  partikel zat cair. Asbut (smog) merupakan kombinasi asap (smog) dan kabut (fog).
2.      Debu
Debu adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel - partikel padat yang terdispersi dalam udara. Contoh debu yang menyebabkan pencemaran udara dan dapat menyebabakan gangguan kesehatan adalah debu asbes.
3.      Sol
Sol adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel terdispersi padat di dalam medium pendispersi cair.
4.      Buih
Buih adalah sistem kolid yang terdiri atas fase terdispersi gas dan medium pendispersi cair