TUGAS
KIMIA
KOLOID
Di susun oleh:
Nama
: Aprilia Nurul Fadilah
No. : 07
Kelas : IX IPA 4
SMANSARI
KATA PENGANTAR
Puji
syukur di panjatkan hanya ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, taufik dan inayah-Nya sehingga makalah KOLOID dapat
terselesaikan dengan baik. Makalah KOLOID ini memuat berbagai informasi yang
berkaitan dengan materi Koloid.
Dengan
di susunnya makalah ini di harapkan mampu menjadi jembatan penambah wawasan
bagi pembaca.
Akhirnya
penyusun mengucapkan selamat membaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat. Amin
Wonosari,
10 januari2013
Penyusun
APRILIA
NURUL FADILAH
PENGERTIAN KOLOID
Koloid
adalah suatu sistem campuran yang berada diantara larutan dan campuran kasar
(suspensi). Koloid terdiri dari fase terdispersi dan medium pendispersi . fase
terdispersi memiliki ukuran tertentu . zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi , sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut
medium pendispersi. Dalam kehidupan sehari-harii kamu menemukan beberapa contoh
larutan, suspensi dan koloid bukan? Misalnya larutan gula , campuran minyak dan
air, juga susu.
Berikut
adalah perbedaan antara suspensi, koloid dan larutan.
Larutan
|
Koloid
|
Suspensi
|
Larutan gula
|
Campuran
susu dengan air
|
campuran
pasir dengan air
|
Bersifat homogen
|
Bersifat
ho mogen secara makroskopis
|
Bersifat
heterogen
|
Ukuran partikel kurang dari 1 nm
|
ukuran
partikel 1-100nm
|
ukuran
partikel lebih dari 100nm
|
Tidak dapat disaring
|
Dapat
idasaring sengan penyaring ultra
|
dapat
disaring
|
terdiri atas 1 fase
|
terdiri
atas 2 fase
|
terdiri
atas 2 fase
|
stabil
|
Umumnya
stabil
|
tidak
stabil
|
Tabel perbedaan suspensi koloid, campuran
PENGGOLONGAN
KOLOI
Koloid dapat
digolongkan berdasarkan bentuk partikelnya, cara pembentukannya, interaksi
antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid.
A. Bentuk partikel
Dari segi
bentuk partikel koloid dapat berupa:
- Lembaran (laminar)
- Serat (fibrilar)
- Butiran (korpuskular)
B.
Cara pembentukannya
Berdasarkan
cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi koloid dispersi, koloid asosiasi
dan koloid makromolekul.
1. Koloid dispersi, yaitu koloid yang
terbentuk dari penyebaran (dispersi) partikel-partikel kecil yang tidak larut
dalam medium (fase pendispersi) dengan membentuk agregat-agregat molekul atau
atom yang sangat banyak.
Contohnya:
dispersi koloid emas (Au) dan belerang (S).
2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang
terbentuk dari gabungan (asosiasi) molekul-molekul kecil, atom atau ion yang
larut dalam medium sehingga membentuk agregat-agregat molekul yang disebut
misel.
Contoh: larutan
sabun dan detergen.
3. Koloid makromolekul, yaitu koloid yang
terbentuk dari molekul tunggal yang sangat besar (makromolekul).
Contoh: protein
dan polimer tinggi seperti karet dan plastik.
C.
Interaksi
dengan medium
1. Koloid
Irofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium
pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil).
2. Koloid
Irofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya,
sehingga cenderung memisah (tak stabil).
D. Perubahan bentuk
1. Koloid
reversibel, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula
sebaliknya. Contoh: susu bubuk dan plasma darah kering.
2. Koloid
irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid tidak
dapat menjadi koloid kembali. Contoh: sel belerang dan sel emas. (Estien Yazid,
2005)
BEBERAPA
MACAM KOLOID
1.
Sol
Sol adalah
dispersi koloid dimana partikel padat terdispersi dalam cairan. Sol dibagi
menjadi dua, yaitu:
a.
Sol liofil
Pada sel liofil
partikel-partikel padat akan menyerap molekul cairan (suka pelarut). Jika
pelarutnya air disebut sol hidrofil.
b.
Sol liofob
Pada sel liofob
partikel-partikel padat tidak menyerap molekul cairan (tidak suka pelarut).
Jika pelarutnya air disebut hidrofob.
Pembuatan sol
Cara dispersi
Dilakukan
dengan memecah atau menghaluskan butir-butir yang lebih besar (suspensi)
menjadi butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid.
Cara kondensasi
Pembuatan
koloid dengan mengubah partikel-partikel kecil (larutan) menjadi partikel besar
berukuran koloid.
Pertukaran
pelarut
Suatu koloid
dibuat dengan menukar atau menambahkan pelarut lain ke dalam larutan. Agar
terbentuk koloid zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang ditambahkan
dan kedua pelarut harus bercampur sempurna.
Pendinginan
berlebih
Suatu campuran
yang terdiri dari pelarut air dan organik didinginkan, sehingga salah satu
komponennya dapat membeku membentuk koloid.
2.
Emulsi
Emulsi adalah
dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan cairan
yang tidak saling bercampur. Agar terjadi suatu campuran koloid, maka harus
ditambahkan suatu bahan yang disebut zat pengemulsi atau emulgator.
Pembuatan
emulsi
Cara sederhana
untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan emulgator
dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya secara
bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers dengan
emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan dispers
medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah sedikit
demi sedikit sambil mengaduknya.
3.
Gel
Gel adalah sol
liofil berbentuk setengah padat. gel ini dibagi dua yaitu gek elastis dan non
elastis.
Gel elastis
(kenyal)
Gel ini setelah
dihilangkan airnya (didehidrasi) dapat dibentuk kembali menjadi gel dengan
penambahan air. Gel kenyal dibuat dengan melarutkan sel liofil dalam aor panas.
Setelah dingin akan terbentuk gel kenyal.
Gel non elastis
(tak kenyal)
Setelah
didehidrasi gel ini tidak dapat diubah menjadi gel kembali dengan penambahan
air. Dehidrasi sel ini membentuk bubuk. Gel tak kenyal dapat diperoleh dengan
mencampurkan larutan garam silikat dengan HCl.
SIFAT
– SIFAT KOLOID
Koloid
mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid
timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sifat Fisika
Sifat-sifat
fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob
sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan
medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi.
Sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih
besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2.
Sifat Koligatif
Suatu koloid
dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya bergantung
pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid
umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama.
Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel
koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk menetapkan berat
molekul rata-rata koloid makromolekul.
3.
Sifat Optis
Pada tahun
1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada
larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas
cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak
kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
4.
Sifat Kinetik
Selain
menunjukkan efek Tyndall, partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop
ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak
dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium
pendispersi ini disebut gerakan Brown.
Partikel zat
terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown,
sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi
karena gerakan Brown.
Partikel-partikel
koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi.
Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel
tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan
mengapung.
5.
Sifat Listrik
Permukaan
partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan
listrik ini disebut elektroforesis.
6.
Koagulasi
Suatu koloid
bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi bumi,
sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan
mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan
partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi.
7.
Adsorpsi
Partikel koloid
mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi
adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada
permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut
absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda baik berupa
padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu.
Pada percobaan
pembuatan koloid, dilakukan beberapa percobaan seperti:
a.
Koagulasi
Pada percobaan
koagulasi, disediakan 2 tabung reaksi. Pada salah satu tabung reaksi diisi
dengan 2 ml BaCl2 dan pada tabung reaksi yang lain diisi dengan 2 ml
NaCl. Pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes AgNO3 dan
hasil reaksi adalah adanya endapan AgCl. Dari pengamatan didapatkan endapan
AgCl dari NaCl + AgNO3 lebih banyak.
Pada penambahan
AgNO3 + BaCl2 seharusnya menghasilkan endapan yang lebih
banyak dibandingkan dengan hasil reaksi dari AgNO3 + NaCl. Hal ini
karena Ba terletak pada periode yang lebih dibawah dari Na sehingga menyebabkan
kelarutannya semakin berkurang. Tapi, pada percobaan ini endapan yang
dihasilkan AgNO3 + NaCl lebih banyak dikarenakan terjadinya
kontaminasi pereaksi oleh alat-alat yang digunakan. Dalam hal ini adalah tabung
reaksi.
b.
Dispersi
Pada percobaan
dispersi, dibandingkan amilum yang telah digerus dan sebelum digerus. Pada
tabung reaksi pertama diisi dengan 1 gr amilum yang telah digerus ditambahkan 5
ml aquades dan disaring. Filtrat hasil saringan amilum ditetesi dengan I2
dan hasilnya adalah filtrat berubah warna menjadi biru tua dan terdapat
endapan. Endapan timbul dikarenakan amilum yang digerus sebagiannya lolos dari
kertas saring dan tercampur dengan filtrat. Sehingga setelah ditetesi dengan I2
warna larutan menjadi biru tua. Pada amilum yang tidak digerus, yang lolos dari
kertas saring hanya filtrat dan hanya sebagian kecil dari amilum, sehingga
setelah ditetesi I2 warna larutan berubah menjadi biru tetapi lebih
muda dari amilum yang digerus.
c.
Emulsi
Pada percobaan
emulsi, CCl4 ditambahkan dengan H2O. Hasilnya aadalah
terdapat 2 fase dikarenakan adanya perbedaan kepolaran dari CCl4 dan H2O.
Setelah itu, ditambahkan detergen sebagai emulgator, dikocok dan hasil dari
penambahan detergen adalah CCl4 dan H2O akan bercampur
menjadi emulsi.
Terjadinya
emulsi setelah penambahan detergen, dikarenakan detergen berfungsi sebagai
emulgator. Molekul detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan
bagian yang nonpolar (disebut ekor). Kepala detergen atau sabun adalah gugus
hidrofil (tertarik ke air). Sedangkan bagian ekor adalah gugus hidrokarbon yang
bersifat hidrofobik (tertarik ke CCl4) dan bagian ekor ini (gugus
non polar) akan saling tarik menarik dan cenderung berkumpul, sehingga
membentuk koloid.
d.
Koloid
pelindung
Pada percobaan
koloid pelindung, penambahan BaCl2 dan gelatin dan ditambahkan 1 ml
AgNO3 tidak menghasilkan endapan AgCl. Dikarenakan penambahan
gelatin berfungsi sebagai pelindung koloid sehingga koloid dapat tetap terbentuk.
e.
Adsorpsi
Pada percobaan
adsorpsi, sirup disaring pada kertas saring yang telah dilapisi norit. Norit
berfungsi sebagai adsorben yang dapat menyerap zat warna dari sirup
sehingga hasil saringan warna sirup berkurang dari warna sebelum penyaringan.
Pada setiap
percobaan yang dilakukan, setiap pereaksi memiliki fungsi tersendiri. Misalnya
saja pada percobaan koagulasi fungsi AgNO3 adalah sebagai pembentuk
endapan dari partikel koloid. Pada percobaan dispersi, penggerusan dilakukan
untuk memecah atau menghaluskan butir amilum sehingga menjadi butir yang lebih
kecil sesuai ukuran koloid. Pada percobaan emulsi, penambahan detergen
berfungsi sebagai emulgator yang dapat membuat CCl4 dan H2O
menjadi emulsi. Pada percobaan koloid pelindung, fungsi penambahan gelatin
sebagai koloid pelindung sehingga pada penambahan AgNO3 tidak
terjadi endapan dan koloid tetap terbentuk. Pada percobaan adsorpsi, fungsi
penambahan norit sebagai adsorben yang dapat menyerap warna dari sirup.
Koloid
mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Contohnya, dapat
mengurangi polusi udara, pembuatan lateks, penjernihan air, sebagai deodoran,
dan banyak manfaat lain dari koloid dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pada percobaan
yang dilakukan, tidak dipungkiri masih ada kesalahan yang dilakukan. Faktor
kesalahan pada percobaan meliputi:
Penggerusan amilum yang kurang halus
sehingga partikel amilum belum seukuran koloid.
Ketelitian dalam penimbangan amilum
sehingga pembandingan menjadi kurang akurat.
Alat yang digunakan kurang bersih
sehingga terjadi kontaminasi pada saat melakukan percobaan koagulasi.
Ditinjau dari
interaksi antara fasa terdispersi dengan fasa pendispersi, koloid dibedakan
menjadi koloid liofob dan koloid liofil.
1.
Koloid liofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium
pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil). Jika mediumnya air disebut
koloid hidrofil. Hidrofil dalam bahasa Yunani artinya adalah suka air contoh
koloid hidrofil adalah tepung kanji dalam air.
2.
Koloid liofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium
pendispersinya, sehingga cenderung memisah (tak stabil). Bila mediumnya air
disebut koloid hidrofob. Hidrofob dalam bahasa Yunani artinya tidak suka air
contohnya adalah sol emas dalam air.
EXPERIMENT
Apa yang telah dibahas dalam subtopik
ini dapat dibuktikan slah satunya dengan sebuah eksperimen seperti yang di
bawah ini:
Tujuan:
mempelajari berbagai jenis campuran
Alat dan Bahan:
Gelas kimia (100ml)
Pengaduk corong kertas saring
Gula pasir
Terigu
Susub instant
Ureasabun
Serbuk belereng
Air suling
Cara kerja:
1. Isilah 6 gelas kimia dengan 50 ml air suling
2. Tambahkan:
a. 1 sendok teh gula pasir dalam gelas-1
b. 1 sendok teh terigu dalam gelas-2
c. 1 sendok teh susu instan dalam gelas-3
d. 1 sendok teh urea dalam gelas-4
e. 1 sendok teh sabun dalam gelas-5
f. 1 sendok teh serbuk belerang dalam gelas-6
3. Aduklah setiap campuran. Perhatikanlah apakah zat yang dicampurkan larut atau tidak.
4. Diamkan campuran tersebut. Catat apakah campuran itu stabil atau tidak stabil;bening atau keruh
5. Saringlah setipa campuran. Catat manakah yang meninggalkan redisu dan apakah hasil penyaringan bening atau keruh.
Hasil Pengamatan:
Sifat campuran Campuran air dengan
Gula Terigu Susu Urea Sabun Belerang
Kelarutan
Kestabilan
Bening/keruh
Residu
Filtrat
Bening/keruh
Diskusi:
- Campuran –campuran tersebut termasuk dalam larutan, sejati, koloid atau suspensi
- Kesimpulan dari percobaan di atas
Campuran air dan gula akan membentuk larutan gula. Zat terlarut tidak tampak lagi, tersebar dalam bentuk partikel-partikel yang sangat kecil. Larutan merupakan campuran homogen, stabil dan tidak dapat disaring. Susu dengan air membentuk larutan yang keruh. Jika didiamkan campuran tidak menghasilkan endapan dan larutan keruh tersebut tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan. Campuran ini homogen terdiri atas dua fasa. Tepung dan air, membentuk endapan dari tepung yna tidak larut. Larutan bersifat homogen dan dapat dipisahkan dengan penyaringan. Dari pengamatan ini menunjukkan bahwa ukuran patikel-partikel yang terdispersi dalam suatu campuran menentukan jenis dan sifat campuran tersebut. Karena perbedaan ukuran partikel terdispersi tersebut maka larutan dan koloid sama-sama tercampur homogen, dapat dibedakan dengan kertas selofan. Partikel larutan dapat menembus kertas selofan sedangkan partikel-partikel koloid tidak. Besarnya partikel terdispersi merupakan faktor penentu dari sifat atau keadaan campuran (larutan, koloid atau suspensi)
Tujuan:
mempelajari berbagai jenis campuran
Alat dan Bahan:
Gelas kimia (100ml)
Pengaduk corong kertas saring
Gula pasir
Terigu
Susub instant
Ureasabun
Serbuk belereng
Air suling
Cara kerja:
1. Isilah 6 gelas kimia dengan 50 ml air suling
2. Tambahkan:
a. 1 sendok teh gula pasir dalam gelas-1
b. 1 sendok teh terigu dalam gelas-2
c. 1 sendok teh susu instan dalam gelas-3
d. 1 sendok teh urea dalam gelas-4
e. 1 sendok teh sabun dalam gelas-5
f. 1 sendok teh serbuk belerang dalam gelas-6
3. Aduklah setiap campuran. Perhatikanlah apakah zat yang dicampurkan larut atau tidak.
4. Diamkan campuran tersebut. Catat apakah campuran itu stabil atau tidak stabil;bening atau keruh
5. Saringlah setipa campuran. Catat manakah yang meninggalkan redisu dan apakah hasil penyaringan bening atau keruh.
Hasil Pengamatan:
Sifat campuran Campuran air dengan
Gula Terigu Susu Urea Sabun Belerang
Kelarutan
Kestabilan
Bening/keruh
Residu
Filtrat
Bening/keruh
Diskusi:
- Campuran –campuran tersebut termasuk dalam larutan, sejati, koloid atau suspensi
- Kesimpulan dari percobaan di atas
Campuran air dan gula akan membentuk larutan gula. Zat terlarut tidak tampak lagi, tersebar dalam bentuk partikel-partikel yang sangat kecil. Larutan merupakan campuran homogen, stabil dan tidak dapat disaring. Susu dengan air membentuk larutan yang keruh. Jika didiamkan campuran tidak menghasilkan endapan dan larutan keruh tersebut tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan. Campuran ini homogen terdiri atas dua fasa. Tepung dan air, membentuk endapan dari tepung yna tidak larut. Larutan bersifat homogen dan dapat dipisahkan dengan penyaringan. Dari pengamatan ini menunjukkan bahwa ukuran patikel-partikel yang terdispersi dalam suatu campuran menentukan jenis dan sifat campuran tersebut. Karena perbedaan ukuran partikel terdispersi tersebut maka larutan dan koloid sama-sama tercampur homogen, dapat dibedakan dengan kertas selofan. Partikel larutan dapat menembus kertas selofan sedangkan partikel-partikel koloid tidak. Besarnya partikel terdispersi merupakan faktor penentu dari sifat atau keadaan campuran (larutan, koloid atau suspensi)
Manfaat koloid
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:
4. Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
5. Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
7. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
8. Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
9. Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.
10.Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
11. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.
12. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
DAMPAK NEGATIF SISTEM KOLOID
Selain memberikan manfaat, sistem koloid juga dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
1.
Asbut
Asbut adalah sistem koloid yang terdiri atas berbagai partikel gas
dan partikel - partikel zat cair. Asbut (smog) merupakan kombinasi asap
(smog) dan kabut (fog).
2.
Debu
Debu adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel - partikel
padat yang terdispersi dalam udara. Contoh debu yang menyebabkan pencemaran
udara dan dapat menyebabakan gangguan kesehatan adalah debu asbes.
3.
Sol
Sol adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel terdispersi
padat di dalam medium pendispersi cair.
4.
Buih
Buih adalah sistem kolid yang terdiri atas fase terdispersi gas
dan medium pendispersi cair
Tidak ada komentar :
Posting Komentar