Kamis, 03 Juli 2014

because he's just my best friend (Just a Story)

Saat sebuah hubungan pertemanan semakin tak berjarak. Adakah yang kembali berfikir bagaimana hubungan itu bisa terjalin?. Apalagi saat pertemanan itu mulai dibubuhi rasa suka. Rasa cinta. Dan rasa untuk saling memiliki. Saling melindungi..

***

Sekarang aku sedang memikirkannya. Aku menemukan orang itu beberapa bulan lalu. Pertemuan yang tidak disengaja. Tapi terkesan sedikit memaksa.
Aku selalu tertawa jika mengingat kejadian itu.Lucu sekali. Saat itu, aku baru saja keluar dari bioskop. Tapi tiba – tiba saja ponselku bergetar. Mama meneleponku dan memberi kabar bahwa ayah kecelakaan. Aku yang panik langsung berlari keluar. Menyetop semua taksi yang lewat. Dan tidak ada yang berhenti satupun.
Karena kehilangan akal sehat, akhirnya aku berdiri di tengah jalan. Sebuah mobil sport tengah melintas. Klakson dibunyikan berkali – kali. Tapi aku tetap diam di tempat. Mobil itu berhenti. Aku sedikit tersenyum. Kemudian aku masuk ke dalam mobil itu dan memaksa sang pemilik untuk mengantarku ke rumah sakit.
Itu pertemuan pertamaku dengannya. Tidak terlalu bagus kan?. Tapi, ajaibnya aku bisa berteman dengan orang itu sampai sekarang. Ya. Berteman. Dengan amat sangat baik. Bahkan aku sudah berani untuk memberi nama cinta di atas pertemanan kami. Itu aneh. Kan?.

***

Malam ini langit terlihat membosankan. Karena tidak ada bintang, langit jadi tidak menarik untuk dilihat. Biasanya kalau sudah seperti itu aku akan menonton tv dengan kakak. Tapi sayang. Kakak tidak pulang kali ini. Dia masih ada di Amerika untuk menyelesaikan kuliahnya.
Ini membosankan sekali. Jika bosan bisa membuat seseorang mati. Aku yakin. Aku pasti sudah tidak bernyawa sejak beberapa jam yang lalu.
Ponselku menjerit. Aku meraihnya. Ada nama Alex disana. Dan tanpa pikir panjang aku menekan tombol hijau untuk menjawab panggilannya.
“Hei..”. Suara diseberang sana terdengar menggantung.
“Kenapa?”.
“Enggak. Cuma mau denger suara kamu aja”.
“Dasar aneh”.
“Kamu lagi apa?”.
“Bernafas, berkedip, dan.. menjawab pertanyaan kamu. How about you?”.
“Hahaha”. Alex tertawa renyah saat mendengar jawabanku. “Aku baru saja selesai olah raga”. Sambungya kemudian.
“Olah raga?. Di malam hari?. Aneh sekali”.
“Bukan aneh. Ini karena keadaan. Aku selalu sibuk dipagi hari. Jadi aku hanya bisa berolah raga di malam hari”.
“Hahaha.. yang benar saja. Sibuk apanya?. Bahkan kamu belum bekerja”. Aku terkikik.
“Aku hidup sendiri di sini. Jadi aku harus memasak, membersihkan rumah..”.
“Ah sudahlah. Aku tidak mau mendengar alasanmu. Lagipula itu tidak penting bagiku. Hahaha”. Aku memotong kalimat Alex. Kemudian menertawakannya. “Baiklah, sudah malam. Aku harus tidur sekarang. Dah..”.
“Sweet dreams”. Balasnya sebelum menutup telepon.
Selalu saja begini. Sebelum bertemu dengannya, aku selalu tidur tepat pukul 8 malam. Tapi sekarang. Aku selalu tidur diatas pukul 10 malam. Dia membuat mataku menghitam di setiap pagi. Dan anehnya, aku menikmati setiap perbincanganku dengannya di malam hari. Tidak peduli meski keesokan harinya mataku akan terlihat seperti mata panda.

***

Seperti malam – malam sebelumnya. Aku menunggu panggilan dari Alex. Berkali – kali aku mengecek ponselku. Tapi tak ada apapun disana. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk memulainya terlebih dahulu.
“Halo..”. Ucapku mengawali pembicaraan.
“Hey”. Balas Alex singkat.
“Selain bernafas dan berkedip. Apa yang kamu lakukan?”.
“Aku?. Hanya menonton tv dan minum. Bagaimana denganmu?”.
“Aku juga menonton tv sekarang. Tapi aku tidak sedang minum”.
“hahahaha”. Alex tertawa mendengar jawabanku.
“Kapan kamu berencana untuk pulang?”. Aku mulai serius.
“Mungkin bulan Agustus. Lagipula aku akan segera menjalani wamil”.
“Benarkah?. Tidakkah terlalu cepat untuk mengikuti wamil?”.
“Aku rasa tidak. Oh maaf, aku agak aneh malam ini. karena aku sedang minum. Aku harap kamu bisa mengerti”. Jelas Alex padaku. Aku terdiam. Ternyata dia minum dalam arti yang sebenarnya. Bodoh. Kenapa aku baru menyadarinya?.
“Apa ada masalah?. Biasanya orang minum karena sedang merasa tidak baik”.
“Hahaha. Aku hanya bosan”. Orang itu tertawa sekali lagi.
“Bosan?. Hanya karena itu?. Harusnya kamu olahraga seperti biasanya saja jika bosan. Atau kamu bisa menggangguku saja. Minum tidak baik untuk kesehatan. Tunggu bagaimana kalau kamu mabuk?”.
“Tenanglah. Aku hanya minum voka dan bir. Tidak akan terjadi apapun. Lagipula aku ada di rumah sekarang”.
“Omong kosong apalagi ini?. Berhentilah minum dan tutup mulutmu!”. Aku sedikit berteriak dan menutup telepon dengan segera.
Aku langsung menyambar jaket dan bergegas mencari taksi. Orang itu benar – benar membuatku panik. Kebiasaan dari negara asalnya hampir membuatku gila. Terakhir kali dia bilang minum, dia sedang tidak sadarkan diri di bar. Dan alhasil aku juga yang harus menjemputnya.

***

Aku sampai di apartementnya. Aku langsung masuk begitu saja. Untungnya aku pernah dikasih tau Alex kode sandinya. Jadi, aku sudah menganggap apartement Alex seperti apartementku sendiri. Hahaha. Lagipula kita ini teman kan?.
Tadi, terakhir dia bilang. Dia sedang menonton tv. Tapi di depan tv tidak ada orang sama sekali. Hanya kaleng bekas minuman yang tersebar tak karuan. Apa dia sedang bercanda. Keterlaluan sekali.
Aku beralih masuk ke dalam kamar Alex. Tapi tidak ada juga. Apa dia main – main denganku?. Awas saja. Jika dia berani. Dia akan mati.
“Aku mencintaimu. Itu alasanku kenapa aku mau tinggal disini”. Samar aku mendengar sebuah suara. Aku berjalan mengikuti arah suara itu.
“Kenapa?. Kenapa baru saat ini..”. Aku mendengar suara seorang gadis. Langkahku terhenti. Aku melihat pantulan tubuh gadis itu. Dia tengah duduk di samping Alex. Mereka duduk di lantai. Tepat di depan lemari es. Kaleng minuman dan makanan tersebar dimana – mana.
“Sebelumnya aku ragu. Tapi, berkat seseorang. Aku mulai yakin dengan perasaanku. Dia bilang  jika kamu mau menemuiku lagi setelah kita berpisah selama ini. Berarti kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku”.
Aku terdiam mendengar penuturan Alex barusan. Jadi itukah gadis yang pernah dia ceritakan padaku?. Diakah gadis yang sangat dicintai Alex?.
“Mmm.. Orang itu benar. Tapi..”. Kalimat gadis itu menggantung. Dia menatap Alex. Begitupun sebaliknya. Dan entah mengapa ada sesuatu yang terasa perih di organ dalamku.
“Apa kamu orang yang sejahat itu?. Bagaimana bisa kamu mengungkapkan perasaanmu tepat 2 bulan sebelum kamu mengikuti wamil?”. Gadis itu bersuara lagi. Lelehan bening menetes dari sudut matanya.
“Itu sudah menjadi keputusanku. Aku memang jahat. Tapi percayalah. Aku mencintaimu. Aku akan segera kembali untukmu. Aku janji”. Alex memeluk erat gadis itu. Kemudian mencium puncak ubun – ubunnya.
Aku melemas. Ada yang memberontak kesakitan dari dalam tubuhku. Aku tidak tau kenapa ini bisa terjadi. Apa ini yang disebut patah hati?. Rasanya benar – benar menyiksa.
Aku melangkah keluar tanpa suara. Aku tidak mau Alex mengetahui kedatanganku. Kututup pintu dengan hati – hati. Sampai diluar, aku tumbang. Pijakanku roboh. Pertahananku jebol. Airmata yang aku simpan dari tadi mengalir tanpa henti.
Saluran pernafasanku menyempit. Seperti tidak ada lagi udara yang bisa aku hirup. Perasaanku tersangkut di tenggorokan. Tidak bisa aku keluarkan. Tidak bisa juga aku pendam. Rasanya benar – benar memuakkan.
Dengan sisa tenaga yang ada, aku bangkit. Berjalan menyusuri malam yang sunyi. Meski sempoyongan, aku masih tetap memaksa untuk berjalan. Aku yakin. Aku pasti sudah seperti orang gila sekarang. Menangis ditengah jalan malam – malam seperti ini. Hanya untuk seorang pria. Aku pasti sudah gila.
Aku mengacak rambutku asal. Kemudian sebuah lengkingan suara klakson melengking di saluran pendengaranku. Aku menoleh. Cahaya terang yang menyilaukan membuat pandanganku mengabur. Sampai aku sadar, itu adalah sebuah mobil yang berhasil menabrakku dari samping. Dan sukses besar membuat tubuhku terpental. Terguling beberapa kali. Sampai akhirnya pelipisku terantuk trotoar. Mataku menutup. Entah kenapa aku tidak bisa membukanya meski aku paksa.
“Ve.. Ve.. kamu bisa denger suara aku?. Buka mata kamu. Veiry Ve. Kamu denger?. Aku bilang buka mata kamu!”. Samar aku mendengar suara seseorang sambil mengguncang tubuhku yang berada dalam dekapannya. Suara yang sangat familiar untukku.
Dan semuanya menjadi gelap. Aku tidak tau apapun lagi. Aku juga tidak bisa merasakan apapun lagi. Meski dekapan orang itu masih bertahan. Sampai aku sadar, sang pemilik suara itu, sang pemilik dekapan itu adalah Alex.
Ya, dia Alex. Dia adalah sahabatku. Dia yang aku cintai. Dan dia juga yang mengakhiri segala penderitaanku.


end

Tidak ada komentar :

Posting Komentar