"Tumben jam segini pulang". Laki laki itu menepuk bahu seseorang di hadapannya.
"Gue mau ke toko buku". Orang itu menjelaskan sambil membenarkan posisi ransel yang bertengger manis di punggungnya.
"Tumben. Mau ngapain? seumur umur baru kali ini gue denger lo mau ke
toko buku".Laki laki itu masih tidak bisa percaya dengan apa yang baru
saja di dengarnya.
"Gue nggak tau. Gue rasa ada sesutau yang narik gue supaya gue
dateng ke sana".Orang itu berteriak. Kemudian berlari meninggalkan laki
laki yang baru saja menjadi lawan bicaranya.
Sebenarnya tidak ada yang spesial di dalam bangunan bercat putih
itu. Tapi orang ini masih betah saja berkeliling di antara deretan rak
buku. Entah mengapa, pada akhirnya dia mengambil sebuah novel bersampul
warna warni yang mencolok. PASTEL itu judul novel yang baru saja di
ambilnya.
Lembar pertama di buka. Matanya langsung menyapu pada ucapan terimakasih penulis. Tepat di nomor 4. Tatapannya berhenti.
~Keempat, terimakasih pada sahabatku pastel. Tanpa dia mungkin dulu
aku akan dihukum karena pastel. Jadi aku memanggilnya pastel. Sekali
lagi terimakasih. Aku harap dia bisa membacanya. Karena saat ini aku
kehilangan dia. Saat aku sadar. aku menyukainya~.
Itu yang tertulis di sana. Orang itu langsung tertarik untuk
membacanya. Dia pergi ke sudut ruangan. Kemudian duduk disana dan mulai
membaca. Ada yang salah dengan orang ini. Sebelumnya dia bukan tipe laki
laki yang suka membaca. Apalagi novel. Ada apa dengannya?.
Akhirnya dia selesai. Dua jam dia berkutat dengan bacaan itu. Dan
akhirnya dia bisa menyelesaikan bacaannya dengan baik. Sekali lagi ada
yang salah dengannya. Sebelumnya dia bukan tipe laki laki yang cengeng.
Tapi saat ini dia tengah menangis. Meskipun tanpa suara.
"Tanpa kau sadari, aku menangis karena mu". ucapnya saat menutup novel yang baru saja selesai di bacanya.
"Saya ingin tanya. Kenapa anda memberi judul pastel di novel anda ini?".Lamat laki laki itu mendengar sesuatu.
"Karena isi dari novel ini semuanya tentang pastel". seorang yang lain menjawabnya.
"Lalu apa yang anda maksud dengan pastel. Apakah seperti pensil
warna atau makanan? Kenapa anda menyebut tokoh yang dicintai tokoh utama
dengan sebutan pastel?".
"Terserah pembaca ingin mendefinisikannya seperti apa. Karena pada
akhirnya orang yang kita cintai bisa mewarnai hari hari kita saat
bersamanya. Seperti pastel. Dan Orang yang kita cintai bisa
mengenyangkan kita di saat lapar. Seperti pastel". Jawab orang itu lagi.
laki laki itu langsung mengintip seseorang yang sedari tadi dia
dengarkan pembicaraannya.
"Maaf disana itu sedang ada apa?". laki laki itu bertanya pada petugas yang tidak sengaja lewat.
"Itu ada jumpa penulis. Anda bisa bertanya dan meminta tanda tangan
di sana. Dia penulis novel yang baru saja abda baca". jelas petugas itu
saat melihat novel yang ada di genggaman laki laki itu.
"Atas nama siapa?". gadis itu bertanya dengan ramah.
"Pastel". jawab laki laki itu. "kau juga suka pastel? Baiklah akan
kutulis sesuatu untukmu". Gadis itu tidak mengalihkan pandangannya dari
novel yang sedang ditandatangani.
"Boleh aku tanya? Kenapa kau suka dengan pastel?". Laki laki itu bertanya.
"Karena dia, hari hariku jadi penuh warna. Kalau kau?".
"Aku suka pastel karena aku memiliki kenangan dengan seseorang
berkat pastel". Laki laki itu menjawab. Sementara gadis yang ada di
hadapannya masih heboh mencari pulpen. Entah mengapa tiba tiba saja
semua pulpen yang di bawanya mati. Padahal sebelumnya masih bisa
digunakan.
Laki laki itu membuka ranselnya. Kemudian mengeluarkan sebuah box
yang berisi satu set pastel lengkap dengan segala antek anteknya.
"Terimakasih. Tapi apa kau selalu membawa ini kemanapun kau pergi?".
"Ya. Berkat seseorang aku jadi menyukai pastel. Dan aku kuliah di jurusan seni. Jadi aku membawanya setiap saat".
"Baiklah. ini sudah selesai". Gadis itu menyodorkan novel yang dia
tandatangani tadi. Matanya terfokus pada laki laki di hadapannya. Gadis
itu baru sadar bahwa dia terlambat. Dia terlambat melihat pastelnya
kembali. Gadis itu terlalu fokus dengan pekrjaannya. sampai tidak sadar
kalau keajaiban sedangmenghampirinya.
"Apa kau sudah menemukan pastelmu?". Tanya laki laki itu sekali lagi.
"Ya. Aku rasa sudah. Bagaimana denganmu?". Gadis itu berkaca kaca.
Pandangan mereka saling bertemu."Mmm aku telah menemukannya". Dan laki
laki itu turut berkaca kaca. Mereka masih saling memandang. Dan
keduanya larut dalam keheningan.
END
Tidak ada komentar :
Posting Komentar