Senin, 23 Desember 2013
Love Story (in December)
November telah berlalu. Tapi entah mengapa hujan masih saja betah mengguyur bumi. Bahkan setiap hari hujan datang. Lewat rintiknya yang membuat basah. Dengan petir yang menyambar penuh amarah. Desember menjadi lebih berwarna.
Dengan hari ini, sudah terhitung pertengahan bulan. Tapi sekolah belum juga diliburkan. Padahal kegiatan belajar mengajar sudah usai. Mengadakan acara pensi seperti ini sangat tidak efektif. Menurutku. Hanya buang duit plus bikin sakit hati.
Apa coba menariknya pensi di SMA Merpati?. Cuma ada band – band pemula gitu. Iya sih vokalisnya ada yang cakep. Tapi.... Stop it please. Jangan bahas itu lagi.
“Alex!”. Jerit anak – anak bertepatan dengan naiknya personil band pembuka ke atas panggung. Sementara sang pemilik nama hanya melambaikan tangan penuh kebanggaan. Sebagai seorang vokalis, dia yang memiliki kharisma paling besar diantara personil lainnya. Apalagi dia memiliki wajah tampan. Jadi tidak heran kalau dia lebih menonjol. Dibanding leo sang gitaris yang tidak terlalu tinggi tapi berkulit putih, atau bintang sang drumer yang berkulit hitam manis. Rayhan yang memegang bass juga memiliki kulit agak gelap.
Selain berpawakan tinggi, kurus, punya lesung pipi, kulit putih, punya sederet gigi putih, anak – anak juga suka model rambut jabriknya. Pokoknya dia yang menjadi icon dari grupnya. Alex. Anak – anak satu sekolahpun pasti kenal dengan dia.
Bagaimana mestinya…
Membuatmu jatuh hati kepadaku
Tlah kutulis kan sejuta puisi
Meyakinkanmu membalas cintaku
Alex mulai melantunkan sebuah lagu hits dari ‘Ada Band’. Baru bait pertama, dan semua orang langsung menjerit histeris karenanya.
Haruskah ku mati karena mu
Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu
Haruskah kurelakan hidupku
Hanya demi cinta yg mungkin bisa membunuh ku
Hentikan denyut nadi jantung ku
Tanpa kau tahu betapa suci hatiku
Untuk memiliki mu
Pada bait ke dua seorang gadis muncul.Namanya Elena. Alex merangkulnya dengan sebelah tangan. Membuat anak – anak semakin histeris menjerit. sama halnya seperti apa yang dilakukan organ dalamku. Dia tengah menjerit histeris meminta bantuan untuk ditolong.
Fokusku terganggu. Begitu juga pandanganku yang mulai mengabur karena sebuah cairan telah mengantri di pelupuk mataku untuk di keluarkan. Tapi aku masih bisa melihat dengan jelas ketika atap panggung bergoyang. Kemudian secara refleks aku melangkah maju kedepan. Naik keatas panggung. Saat alex mendorong Elena kemudian aku mendorong alex. Semua terjadi dengan begitu cepat. Sampai pada akhirnya atap itu rubuh. Sebelum aku turun dari panggung. Menghujam kepalaku dengan kerasnya dan menindih tubuhku. Pandanganku mengabur kala itu. sebelum benar – benar menjadi gelap.
“apa dia baik – baik saja?”. Samar aku mendengar suara alex.
“terjadi pendarahan. Dia butuh darah. Tolong cari darah A. Karena stok rumah sakit habis”. Seseorang yang lain menyahut.
“Ambil darah saya. Golongan darah saya A. Ambil sebanyak – banyaknya asalkan dia bisa selamat”.
“baiklah. Anda harus cek terlebih dahulu”.
Suara itu hilang untuk beberapa saat. aku tidak mendengar apapun lagi. Semua hanya terasa gelap bagiku.
Sampai aku merasakan sebuah tangan menggenggam tanganku. Begitu hangat. Nyaman, dan aku merasa damai.
“Viona..kumohon. bertahanlah untukku. Akan kuberikan semua darahku untukmu. Tapi kumohon buka matamu untukku. Aku ingin bersamamu lagi. Bermain bersama, bercanda, aku masih ingin melakukan itu denganmu. Apa kau masih marah karena kejadian waktu itu?. aku minta maaf. Sungguh. Aku tidak bermaksud. kau tau kan, Elena adalah temanku satu grup. Jadi tidak salahkan kalau kami sangat akrab. Kami sudah seperti keluarga. Jadi tolong, maafkan aku. Dan buka matamu. Karena aku sangat mengkhawatirkanmu. Kenapa kau harus naik ke panggung saat itu?. harusnya aku yang terbaring seperti ini. bukan kau. Kenapa kau harus menyelamatkanku?. Kau ini.. kau membuatku takut. Kau tau?. Aku takut kalau kau meninggalkanku. Karena aku mencintaimu. Kau dengar itu?. bukalah matamu. Sebentar saja”.
Aku merasa ada yang menetes di tanganku. Perlahan kubuka kelopak mataku. Aku mengerjap. Ada alex di sebelahku. Menggenggam tanganku. Dan dia tengah menangis.
“Viona. Kau bisa mendengarku kan?”. Tanyanya padaku. Aku hanya mengangguk.
“maafkan aku vio. Aku janji aku tidak akan melakukan hal itu terjadi lagi. Kau membuatku takut. Kau tau?. Aku takut kehilanganmu. Amat sangat. Karena aku mencintaimu”. Alex memelukku begitu saja. Tanpa ku tau penyebabnya. Dia terisak dalam pelukanku.
Entah kejadian rubuhnya atap itu adalah takdir atau bukan. Aku sangat berterimakasih karenanya. Meskipun aku harus merasakan sakit dan terbaring lemah terlebih dahulu. Kalau pada akhirnya aku bisa bersama alex, aku rasa itu sudah cukup adil. Memang harus ada pengorbanan sebelum ada kebahagiaan kan?.
#@#
Beberapa hari lalu..
Langit mendung. Jadi aku harus menemui alex sebelum hujan turun. Kami ada janji sore ini. kata alex sih mau nonton. Dengan semangat 45 aku lari pontang – panting dari kelas ke ruang kesenian yang berada di sudut sekolah. Lumayan bikin kaki gempor. Meski nafas masih tersengal, kubuka kenop pintu.
“Permisi Alex ad...?”. Ucapanku terputus ketika mataku menangkap sebuah pemandangan yang memuakkan.
Alex. Di pangkuannya, ada seorang gadis yang tengah terlelap disana. Gadis yang sudah sangat familiar denganku. Bahkan kami sudah sangat akrab. Dia elena.
Aku berbalik. Menutup pintu dengan hati – hati. Kemudian lari mati – matian untuk menjauh. Meski hujan telah turun dengan derasnya. Aku tumbang ditengah hujan. Menahan sebuah rasa sakit yang menghujam organ dalamku. Meresapi setiap inci patahan patahan halus di dalam sana. Yang tengah menjerit kerena terlalu sakit.
Mataku dengan spontan memproduksi sebuah cairan bening yang tengah bercampur denga hujan. Membuatku terisak penuh tekanan. Aku menangis. Tidak peduli meski orang – orang melihatku.
“kau cemburu?”. Seorang laki – laki muncul di hadapanku dengan membawa payung. Kemudian berjongkok dan menaikkan daguku. Menatapku dengan penuh kedamaian.
Aku menggeleng. Mencoba lari dari tatapannya.
“Elena hanya temanku”. Sambungnya.
“aku juga. Jadi apa hak ku untuk cemburu?. Aku bukan siapa – siapa untukmu. Jadi terserah saja kau mau melakukan apa”. Aku bangkit dan meninggalkan alex. Dia masih membeku disana. Masih berada di posisi yang belum bergeser sedikitpun.
End
Kamis, 12 Desember 2013
Selasa, 10 Desember 2013
Lirik lagu miracles in desember 'exo'
[D.O] Boiji anheun neol chajeuryeogo aesseuda
deuliji anhneun neol deureulyeo aesseuda
[Baekhyun] Boiji anhdeon ge boigo deulliji anhdeon ge deullyeo
neo nareul ddeonan dwiro naegen eobtdeon himi saenggyeosseo [Chen] Neol nabakke mollasseotdeon igijogin naega yeah…
ne mamdo mollajwotdeon musimhan naega
ireohkedo dallajyeotdaneun ge najocha midgiji anha
[D.O] Ne sarangeun ireohke gyesok nal umjikyeo
[Baekhyun] Nan saenggakman hamyeon sesangeul neoro chaeul su isseo hmmm…
nunsongi hanaga ne nunmul han bangulinigga
[D.O] Dan han gaji mothaneun geoseun neol naegero oge haneun il
i chorahan choneunglyeog ([D.O/Baekhyun] ijen eobseoeumyeon jogesseo) uhhh..
[Chen] Neol nabakke mollasseotdeon igijogin naega
ne mamdo mollajwotdeon musimhan naega
ireohkedo dallajyeotdaneunge najocha midgiji anha
[Baekhyun] Ne sarangeun ireohke gyesok nal umjikyeo
[All] Siganeul meomchwo ([D.O] Nege doraga)
chueogeu chaegeun ([D.O] Neoui peijireul yeoreo)
nan geu ane isseo ([Baekhyun] Ow hooo)
[Chen] Neowa hamkke ineun geol
aju jogeumago yakhan sarami neoui sarangi
[Baekhyun] Ireohke modeun geol ([D.O] Nae salmeul modu)
bakkun geol ([D.O] Sesangeul modu) hooo uwoo…
[Baekhyun] Sarangi gomaun jul mollasseotdeon naega hoo..
[Chen] Kkeutnamyeon geumanin jul aradeon naega ohh..
neo wonhaedeon geu moseub geudaero nalmada nareul gochyeoga
[D.O] Nae sarangeun kkeuteobsi gyesok ddeul geot gata
[All] Siganeul meomchwo ([D.O] Ije nan) nege doraga ([Chen] Nege doraga)
chueogeu chaegeun ([Chen] Oneuldo) neoui peijireul yeoreo ([Baekhyun] nan geane isseo ow hoo…)
[Chen] Geu gyeure wa ineungeol
[D.O] Boiji anheun neol chajeuryeogo aesseuda
deuliji anhneun neol deureulyeo aesseuda
Eng Translate
I try to find you, who I can’t see
I try to hear you, who I can’t hear
Then I started to see things I couldn’t see, hear things I couldn’t hear
Because after you left, I received a power I didn’t have before
The selfish me, who always only knew myself
The heartless me, who didn’t even know your heart
Even I can’t believe that I changed like this
Your love keeps moving me like this
Just by thinking about it, I can fill the world up with you
Because each snowflake is your each tear drop
The one thing I can’t do is bring you to me
I wish I didn’t have this pitiful supernatural power anymore
The selfish me, who always only knew myself
The heartless me, who didn’t even know your heart
Even I can’t believe that I changed like this
Your love keeps moving me like this
I stop time and go back to you
I open your page in my book of memories
I’m inside of there, I am with you
A very small and weak person, your love
Has changed everything, all of my life, all of the world
I didn’t know how thankful your love was
I thought it would stop once it ended
But every day, I’m fixing myself to want you
I think my love will endlessly rise
I stop time (oh now I will) and go back to you
Again today, I open your page in my book of memories
I’m inside of there in that winter
I try to find you, who I can’t see
I try to hear you, who I can’t hear
Indonesia Translate
Saya mencoba untuk menemukan Anda, yang saya tidak bisa melihat
Saya mencoba untuk mendengar Anda, yang saya tidak bisa mendengar
Lalu aku mulai melihat hal-hal yang saya tidak bisa melihat, mendengar hal-hal yang saya tidak bisa mendengar
Karena setelah kau pergi, aku menerima kuasa saya tidak memiliki sebelumnya
The aku egois, yang selalu hanya tahu diriku
The heartless saya, yang bahkan tidak tahu hatimu
Bahkan aku tidak bisa percaya bahwa saya berubah seperti ini
Cinta Anda terus bergerak saya seperti ini
Hanya dengan berpikir tentang hal itu, saya bisa mengisi dunia dengan Anda
Karena setiap kepingan salju adalah setiap tetes air mata Anda
Satu hal yang saya tidak bisa lakukan adalah membawa Anda ke saya
Saya berharap saya tidak memiliki kekuatan supernatural ini menyedihkan lagi
The aku egois, yang selalu hanya tahu diriku
The heartless saya, yang bahkan tidak tahu hatimu
Bahkan aku tidak bisa percaya bahwa saya berubah seperti ini
Cinta Anda terus bergerak saya seperti ini
Aku menghentikan waktu dan kembali ke Anda
Aku membuka halaman Anda dalam buku saya kenangan
Aku dalam sana, Aku menyertai engkau
Seseorang yang sangat kecil dan lemah, cinta Anda
Telah mengubah segalanya, seluruh hidup saya, seluruh dunia
Aku tidak tahu bagaimana bersyukur cintamu itu
Saya pikir itu akan berhenti setelah berakhir
Tapi setiap hari, aku memperbaiki diri untuk ingin Anda
Saya pikir cintaku tanpa henti akan naik
Aku menghentikan waktu (oh sekarang saya akan) dan kembali ke Anda
Sekali lagi hari ini, saya membuka halaman Anda dalam buku saya kenangan
Aku dalam sana di musim dingin yang
Saya mencoba untuk menemukan Anda, yang saya tidak bisa melihat
Saya mencoba untuk mendengar Anda, yang saya tidak bisa mendengar
deuliji anhneun neol deureulyeo aesseuda
[Baekhyun] Boiji anhdeon ge boigo deulliji anhdeon ge deullyeo
neo nareul ddeonan dwiro naegen eobtdeon himi saenggyeosseo [Chen] Neol nabakke mollasseotdeon igijogin naega yeah…
ne mamdo mollajwotdeon musimhan naega
ireohkedo dallajyeotdaneun ge najocha midgiji anha
[D.O] Ne sarangeun ireohke gyesok nal umjikyeo
[Baekhyun] Nan saenggakman hamyeon sesangeul neoro chaeul su isseo hmmm…
nunsongi hanaga ne nunmul han bangulinigga
[D.O] Dan han gaji mothaneun geoseun neol naegero oge haneun il
i chorahan choneunglyeog ([D.O/Baekhyun] ijen eobseoeumyeon jogesseo) uhhh..
[Chen] Neol nabakke mollasseotdeon igijogin naega
ne mamdo mollajwotdeon musimhan naega
ireohkedo dallajyeotdaneunge najocha midgiji anha
[Baekhyun] Ne sarangeun ireohke gyesok nal umjikyeo
[All] Siganeul meomchwo ([D.O] Nege doraga)
chueogeu chaegeun ([D.O] Neoui peijireul yeoreo)
nan geu ane isseo ([Baekhyun] Ow hooo)
[Chen] Neowa hamkke ineun geol
aju jogeumago yakhan sarami neoui sarangi
[Baekhyun] Ireohke modeun geol ([D.O] Nae salmeul modu)
bakkun geol ([D.O] Sesangeul modu) hooo uwoo…
[Baekhyun] Sarangi gomaun jul mollasseotdeon naega hoo..
[Chen] Kkeutnamyeon geumanin jul aradeon naega ohh..
neo wonhaedeon geu moseub geudaero nalmada nareul gochyeoga
[D.O] Nae sarangeun kkeuteobsi gyesok ddeul geot gata
[All] Siganeul meomchwo ([D.O] Ije nan) nege doraga ([Chen] Nege doraga)
chueogeu chaegeun ([Chen] Oneuldo) neoui peijireul yeoreo ([Baekhyun] nan geane isseo ow hoo…)
[Chen] Geu gyeure wa ineungeol
[D.O] Boiji anheun neol chajeuryeogo aesseuda
deuliji anhneun neol deureulyeo aesseuda
Eng Translate
I try to find you, who I can’t see
I try to hear you, who I can’t hear
Then I started to see things I couldn’t see, hear things I couldn’t hear
Because after you left, I received a power I didn’t have before
The selfish me, who always only knew myself
The heartless me, who didn’t even know your heart
Even I can’t believe that I changed like this
Your love keeps moving me like this
Just by thinking about it, I can fill the world up with you
Because each snowflake is your each tear drop
The one thing I can’t do is bring you to me
I wish I didn’t have this pitiful supernatural power anymore
The selfish me, who always only knew myself
The heartless me, who didn’t even know your heart
Even I can’t believe that I changed like this
Your love keeps moving me like this
I stop time and go back to you
I open your page in my book of memories
I’m inside of there, I am with you
A very small and weak person, your love
Has changed everything, all of my life, all of the world
I didn’t know how thankful your love was
I thought it would stop once it ended
But every day, I’m fixing myself to want you
I think my love will endlessly rise
I stop time (oh now I will) and go back to you
Again today, I open your page in my book of memories
I’m inside of there in that winter
I try to find you, who I can’t see
I try to hear you, who I can’t hear
Indonesia Translate
Saya mencoba untuk menemukan Anda, yang saya tidak bisa melihat
Saya mencoba untuk mendengar Anda, yang saya tidak bisa mendengar
Lalu aku mulai melihat hal-hal yang saya tidak bisa melihat, mendengar hal-hal yang saya tidak bisa mendengar
Karena setelah kau pergi, aku menerima kuasa saya tidak memiliki sebelumnya
The aku egois, yang selalu hanya tahu diriku
The heartless saya, yang bahkan tidak tahu hatimu
Bahkan aku tidak bisa percaya bahwa saya berubah seperti ini
Cinta Anda terus bergerak saya seperti ini
Hanya dengan berpikir tentang hal itu, saya bisa mengisi dunia dengan Anda
Karena setiap kepingan salju adalah setiap tetes air mata Anda
Satu hal yang saya tidak bisa lakukan adalah membawa Anda ke saya
Saya berharap saya tidak memiliki kekuatan supernatural ini menyedihkan lagi
The aku egois, yang selalu hanya tahu diriku
The heartless saya, yang bahkan tidak tahu hatimu
Bahkan aku tidak bisa percaya bahwa saya berubah seperti ini
Cinta Anda terus bergerak saya seperti ini
Aku menghentikan waktu dan kembali ke Anda
Aku membuka halaman Anda dalam buku saya kenangan
Aku dalam sana, Aku menyertai engkau
Seseorang yang sangat kecil dan lemah, cinta Anda
Telah mengubah segalanya, seluruh hidup saya, seluruh dunia
Aku tidak tahu bagaimana bersyukur cintamu itu
Saya pikir itu akan berhenti setelah berakhir
Tapi setiap hari, aku memperbaiki diri untuk ingin Anda
Saya pikir cintaku tanpa henti akan naik
Aku menghentikan waktu (oh sekarang saya akan) dan kembali ke Anda
Sekali lagi hari ini, saya membuka halaman Anda dalam buku saya kenangan
Aku dalam sana di musim dingin yang
Saya mencoba untuk menemukan Anda, yang saya tidak bisa melihat
Saya mencoba untuk mendengar Anda, yang saya tidak bisa mendengar
Senin, 09 Desember 2013
Ini...(sahabat)
Sahabat. Munafik gak sih kalau dibilang malaikat tanpa
sayap. Mungkin. Terkadang, sahabat itu bisa ngebuat kita down abis. Bikin ngejleb
sengejleb ngejlebnya. Kadang bisa buat seru seruan juga sih. Atau bisa bikin
nangis bombay. Kalau lagi untung sih bisa bikin ngakak sampai guling – guling. Intinya
ikatan persahabatan itu aneh. Rumit. Bahkan lebih rumit dari rumus matriks. Kalau
Cuma penjumlahan sih gampang. Tapi kalau udah perkalian di ordo 3 x 3?. Nggak yakin
kepala bakal selamat. Pusing?. Pasti.
Nggak ngerti deh sama jalan pikirannya guru. Kenapa coba
selalu nggak ada kbm setelah tes selesai?. Bikin sekolah kacau aja. Teriak sana
– teriak sini. Ribut sana – ribut sini. Bikin pusing. Dan nggak ada manfaatnya
juga. Mending diliburin sekalian. Kan?.
Dan semakin nggak ngerti kenapa ada siswi yang lagi nangis –
nangis bombay di sudut kelas. Namanya viona. Dia, akhir – akhir ini sering
banget deh nangis. Padahalkan yang lain pada asik bercanda di depan kelas. Aneh
banget kan?.
Untungnya, viona punya sahabat kayak elena. Yang rela
ngelewatin jam kosong yang jarang banget dia alami buat nenangin viona. Nepuk –
nepuk punggung viona, ngasih tisu, dan ngelap air mata viona. Baik banget kan?.
Berarti nggak salah kalau ada yang bilang sahabat itu malaikat tanpa sayap.
“lo kenapa sih?. Nangis mele gaaus?. Cerita kek”. Elena buka
mulut. Khas banget sama bahasanya yang alay. Sementara viona Cuma geleng.
“lo ada masalah sama Alex”. Sambung elena.
“lo kok malah ngedoain ada masalah sama alex sih?”. Viona mencak
– mencak. Walaupun masih terisak. Aneh juga sih sama makhluk bernama viona ini.
udah dibaikin juga. Eh malah mencak – mencak. Sabar.
“gue kan Cuma nebak. Makanya cerita sama gue”.
“lo mau tau?. Gue ini hampir mati. Lo tau?. Penyakit gue
semakin parah. Dan gue belum nemuin pendonor”. Viona malah tambah nangis. Udah
gitu nada bicaranya kenceng lagi. Kayak ngebentak orang deh.
“dan lo Cuma nangis – nangis gini?. Harusnya lo usaha. Dengan
lo nangis gini masalah nggak akan selesai dengan sendirinya”. Elena juga ikut –
ikutan tinggi nada bicaranya. Kayak mau perang gitu.
“kenapa sih? Kok bentak – bentakan”. Tiba – tiba alex
muncul. Mana ekspresinya polos banget lagi.
“tau! Pusing. Tanya sama pacar lo!”. Bentak elena. Kasihan banget
si alex. Padahal dia nggak tau apa – apa. Eh taunya kena bentak juga. Pukpuk.
Udah gitu aja. Semenjak itu, elena nggak muncul berhari –
hari. Bolos sekolah lagi. Bikin viona panik. Sebelumnya elena mana berani
berulah kayak gini. Viona malah ngerasa bersalah kalau gini caranya. Tapi emang
viona salah sih. Jadi udah seharusnya viona ngerasa bersalah.
“ngelamun mele gaaus?”. Alex muncul dihadapan viona. Pakai
bahasa elena lagi. Bikin kangen.
“ih apa sih?. Kirain elena. Ngapain sih ikut – ikutan alay?”.
Viona manyun.
“cie..kangen ya?”. Elena nyembul dari belakang.
“ih apaan sih? Dari mana aja lo? Kangen tau. Marah ya sama
gue. Maaf”. Viona langsung aja gitu meluk elena. Kenceng banget, sampai elena
aja ngerasa pengap dan nggak bisa bernafas.
“geer. Siapa yang marah. Udah lepasin gue. Nggak bisa
nafasnih!”. Elena teriak – teriak. Dan viona manyun lagi.
“besok lo kerumah sakit ya? Gue udah nemuin pendonor buat lo”.
Tiba – tiba aja elena jadi serius. Alex aja sampai kesedak sama makanannya pas
denger itu.
“lo? Beneran? Ini bukan mimpi kan?”. Viona menoleh
“ya bukanlah. Lo pikir gue ngilang berhari – hari buat apa?”.
“aaaak elena. Makasih banyak”.
@#@
Hari ini viona di rumah sakit. Mau cangkok hati. Biar sakitnya
sembuh. Mama papa, udah pasti ada di samping viona. Buat nungguin dan kasih
suport ke dia. Kalau alex, jangan tanya. Pasti ada lah. Alex kan sumber
semangat viona. Yang nggak ada itu elena. Entah kenapa. Padahal viona kan
sahabatnya. Nyebelin.
Jarum jam berdetak sih. Tapi kerasa lama banget nunggunya. Padahal
Cuma dua jam. Rasanya kayak setahun. Bosen, iya. Tapi deg – degan lebih
dominan.
Akhirnya operasi selesai. Walaupun viona belum sadar, yang
penting kata dokter operasi berjalan lancar. Dan semua akan baik – baik saja.
@#@
Setelah operasi pun elena nggak memunculkan diri lagi. Kambuh
deh penyakit anehnya ini. nggak tau apa viona lagi kangen berat sama dia. Pengen
cerita ini – itu. Mana dia belum boleh pulang dari rumah sakit lagi. Kan bosen Cuma
ditemenin alex yang sok polos itu.
“suster, yang ngedonorin hatinya buat aku itu siapa sih?”. Viona
iseng. Jadi dia nanya – nanya aja sama suster yang lagi meriksa dia.
“nggak tau juga sih. Kemarin itu ada yang bunuh diri gitu. Cewek. Dia gantung
diri. Ada kok beritanya di koran pagi ini. kamu liat aja”.
“oh. Serem juga ya?”. Gumam viona.
“hey vio..”. kebetulan aja alex nongol. Udah gitu bawa koran
di tangannya. Langsung aja disamber sama viona. Di bolak – balik sampai dia
nemu sebuah artikel.
7 desember 2013
Seorang gadis remaja ditemukan
telah gantung diri dikamarnya. Tidak tau apa motif bunuh diri ini. menurut
ibunya, akhir – akhir ini gadis pelajar menengah atas ini rindu dengan kakaknya
yang telah meninggal setahun lalu karena serosis.
Viona mencelos begitu membaca artikel itu. Dia mengalihkan
pandangannya ke gambar yang terpajang di sana. Itu...
Viona mengenalinya. Itu sahabatnya. Orang yang tengah
dirindukannya. Orang itu, elena. Dia yang mendonorkan hati untuk viona. Pantas saja
elena berkata telah menemukan pendonor untuk viona. Ternyata pendonor itu elena
sendiri.
Air mata viona merembes. Tenggorokannya serasa tersangkut
sesuatu yang menyakitkan. Saluran pernafasannya menyempit. Dan viona menangis
sejadi – jadinya. Rasanya pedih. Sangat amat.
Semakin nggak ngerti sama apa yang dipikirin elena. Viona
itu sakit serosis. Sama kayak penyakitnya kakak elena. Jadi, mungkin elena
nggak mau ngulang kejadian menyakitkan itu lagi. Terlebih ini pada sahabatnya.
#Sahabat itu nggak ketebak ya?. Kalau bisa sahabatan gini
mungkin bisa kerasa indahnya. Nggak usah deh yang berat – berat kek cangkok
hati. Mulai yang ringan aja. Kayak berbagi duka dan bahagia gitu. Sama seperti
kebanyakan. Sahabat itu ada kurang ada lebihnya. Tergantung aja sama yang
ngejalanin. Mau ngebawanya kemana..
Minggu, 08 Desember 2013
::HARUSKAH (AKU MENINGGALKANNYA)::
Acara pertemuan keluarga besar semakin sering diadakan sejak satu bulan
lalu. Apa ini karena masalahku waktu itu? jadi mereka sengaja melakukan
ini padaku? kalau iya mereka adalah orang jahat. Benar benar jahat.
Dalam acara kali ini aku ijin untuk pulang lebih dahulu. Dengan alasan sedang tidak sehat. Meskipun dengan kebohongan, yang penting aku bisa mengakhiri pertemuan ini dengan lebih cepat. kan?
Aku berjalan cepat keluar ruangan. Tapi tiba tiba saja seseorang menahan tanganku. Aku berbalik. Memandangi seseorang dihadapanku dengan tatapan bingung. Aku benar benar bingung akan menghadapi laki laki di hadapanku ini dengan cara apa lagi.
"sampai kapan kau akan pura pura bahagia?". ucapnya. lagi lagi dengan tatapan itu. Tatapan sendu yang membuatku semakin merasa bersalah.
"siapa yang berpura pura? aku memang bahagia. Dengan atau tanpa dirimu".
"benarkah itu? tidakkah kau mencintaiku?".
"berhenti omong kosong. ingatlah apa yang telah terjadi satu bulan yang lalu. Hubungan kita telah berakhir. Dan jangan katakan cinta lagi padaku karena kau sepupuku! bagian dari keluarga besar ini". suaraku sedikit bergetar.
"Kau bohong. aku tau kau masih mencintaiku". Dia mulai berkaca kaca lagi. Dan aku tidak sanggup. Untuk melihatnya.
"Dengar. aku sama sekali tidak mencintaimu. Kau tau? sekarang ini bagiku kau hanya bagian dari keluargaku tidak lebih".
Air matanya menetes. Tangannya menarik paksa diriku untuk masuk ke dalam dekapannya.
"Kita bisa menikah tanpa keluarga ini. Aku bisa melakukannya untukmu". Dia sedikit terisak.Ku lepas tangannya yang tengah mendekapku.
"Kau? Apa yang kau bicarakan? Meninggalkan keluarga ini? Tidak akan pernah. Aku hanya tinggal memiliki ibuku seorang. Dan keluarga besar ini, mereka sudah seperti nafasku. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkan mereka. Lebih baik aku kehilangan cintaku dari pada keluarga ini. Jadi stop! Jangan siksa dirimu hanya untuk diriku. Aku mohon. lupakanlah aku". Aku memegang bahunya sesaat. Kemudian aku lari plntang panting masuk ke dalam mobil. Tubuhku bergetar. Mataku memanas. Dan dadaku terasa sesak.
Aku menangis. Aku sudah tidak sanggup lagi bersikap sok kuat.
Aku masih mencintainya sungguh. benar benar mencintainya tulus dari lubuk hatiku yang paling dalam. Aku mencintainya. Tapi apa? Kenyataannya aku hanya orang yang bersifat munafik.
End
Dalam acara kali ini aku ijin untuk pulang lebih dahulu. Dengan alasan sedang tidak sehat. Meskipun dengan kebohongan, yang penting aku bisa mengakhiri pertemuan ini dengan lebih cepat. kan?
Aku berjalan cepat keluar ruangan. Tapi tiba tiba saja seseorang menahan tanganku. Aku berbalik. Memandangi seseorang dihadapanku dengan tatapan bingung. Aku benar benar bingung akan menghadapi laki laki di hadapanku ini dengan cara apa lagi.
"sampai kapan kau akan pura pura bahagia?". ucapnya. lagi lagi dengan tatapan itu. Tatapan sendu yang membuatku semakin merasa bersalah.
"siapa yang berpura pura? aku memang bahagia. Dengan atau tanpa dirimu".
"benarkah itu? tidakkah kau mencintaiku?".
"berhenti omong kosong. ingatlah apa yang telah terjadi satu bulan yang lalu. Hubungan kita telah berakhir. Dan jangan katakan cinta lagi padaku karena kau sepupuku! bagian dari keluarga besar ini". suaraku sedikit bergetar.
"Kau bohong. aku tau kau masih mencintaiku". Dia mulai berkaca kaca lagi. Dan aku tidak sanggup. Untuk melihatnya.
"Dengar. aku sama sekali tidak mencintaimu. Kau tau? sekarang ini bagiku kau hanya bagian dari keluargaku tidak lebih".
Air matanya menetes. Tangannya menarik paksa diriku untuk masuk ke dalam dekapannya.
"Kita bisa menikah tanpa keluarga ini. Aku bisa melakukannya untukmu". Dia sedikit terisak.Ku lepas tangannya yang tengah mendekapku.
"Kau? Apa yang kau bicarakan? Meninggalkan keluarga ini? Tidak akan pernah. Aku hanya tinggal memiliki ibuku seorang. Dan keluarga besar ini, mereka sudah seperti nafasku. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkan mereka. Lebih baik aku kehilangan cintaku dari pada keluarga ini. Jadi stop! Jangan siksa dirimu hanya untuk diriku. Aku mohon. lupakanlah aku". Aku memegang bahunya sesaat. Kemudian aku lari plntang panting masuk ke dalam mobil. Tubuhku bergetar. Mataku memanas. Dan dadaku terasa sesak.
Aku menangis. Aku sudah tidak sanggup lagi bersikap sok kuat.
Aku masih mencintainya sungguh. benar benar mencintainya tulus dari lubuk hatiku yang paling dalam. Aku mencintainya. Tapi apa? Kenyataannya aku hanya orang yang bersifat munafik.
End
Sabtu, 07 Desember 2013
::SAKIT?::
Apa makna sakit yang sebenarnya?. Apa saat kita sedang disayat?. Bukan.
Itu bukan sakit. Melainkan rasa nyeri yang bertumpuk menjadi satu.
Ataukah saat luka ditetesi obat merah?. Itu juga bukan. Bahkan itu tidak
bisa dikatakan sebagai sakit. Itu hanya pencerminan dari rasa perih
yang terkuak. Lalu sakit yang bagaimana yang bisa dikatakan sebagai
'sakit'?.
"besok kita ketemu sama wedding operationnya ya?". alex menatap antusias viona. Gadis yang duduk tepat berada di sampingnya. "iya. Tapi aku harus kuliah dulu". jawab viona sedikit takut. "kamu nggak usah kuliah. Pokoknya besok aku jemput kamu. Aku masih ada meeting. Bye!". Alex mengelus puncak ubun ubun viona singkat kemudian pergi begitu saja. Meninggalkan viona sendirian di dalam sebuah restoran yang lumayan ramai. Viona mematung. Dia masih saja membenci sifat alex yang selalu semena mena terhadap dirinya. Alex yang sukanya menang sendiri, alex yang kasar, viona benci itu. Tapi entah mengapa viona malah semakin cinta dengan alex walaupun sifatnya tidak pernah berubah.
###
Bukannya hari ini viona ada janji dengan alex?. Ya, benar. Tapi sekarang viona ada di dalam kampus. Dia sedang memperhatikan Trigonometri Umum yang dijelaskan oleh Mr. Roy. Viona cari mati?.
Dengan langkah terburu buru viona keluar dari kelas setelah pelajaran usai. Dia harus memburu waktu sebelum alex menjemputnya. Alex bisa marah besar.
Seorang lelaki tiba tiba saja berdiri di hadapan viona. Matanya melotot dan dia tampak marah. Tangannya yang ringan langsung saja mengayun dan mendarat tepat di pipi viona yang putih mulus. Meninggalkan bekas kemerahan dan rasa nyeri yang berkepanjangan. "aku udah bilang jangan kuliah. Aku kan udah janji jemput kamu. Tapi kenapa kamu malah ke kampus?. Kamu ini selalu aja ngeyel!". alex berteriak murka. Sementara yang sedang dimarahi malah menangis sambil memegangi pipinya yang masih terasa nyeri. "aku nggak bisa lex. Mana mungkin aku bolos mata kuliah Mr. Roy. Aku bisa nggak lulus kalau aku ngelakuin itu". viona sesenggukan. "Jadi kamu lebih mentingin dosen kamu dari pada aku?". tangan alex beralih ke kepala viona. Mengelus rambutnya singkat kemudian menjambaknya tanpa ampun. "maafin aku". viona mendesah sambil memegangi tangan alex. Berharap alex mau melepaskan tangannya dari rambut viona. "Udahlah. Aku males. Kamu ketemu aja sendiri sama wedding operationnya di restoran kemarin. Aku mau ke kantor!". alex melangkah pergi.
Udah gitu aja. Nggak ada manis manisnya kan si alex?. Tapi viona masih aja cinta sama alex. Walaupun viona udah berkali kali kena tampar, jambak, tinju dan lain lain dari alex. Tapi viona masih aja betah plus cinta plus sayang sama alex. Parah banget kan?. Jadi kalau kata orang cinta itu buta sih bener. Satu lagi cinta juga mati rasa. Ada evolusi yang salah yang terjadi saat ini. Bukan sesuatu yang membanggakan dan maju. Tapi malah sesuatu yang memalukan dan mundur. Dalam hal ini adalah cinta. Dulu cinta itu saling memiliki, menyayangi, memahami dan merasakan. Sementara saat ini cinta yang muncul adalah cinta yang menyakiti-disakiti, dan dihianati. Entah karena efek kemajuan jaman atau apa, yang penting ada kesalahan kecil tentang evolusi ini.
Viona masih saja menangis. Meskipun tangannya berkali kali mengusap air matanya, toh pipinya masih saja basah. Langkahnya yang penuh keraguan akhirnya berhenti di salah satu meja pesanan alex. Disana sudah bertengger manis seorang laki laki yang memakai kemeja dan juga alex. Ini yang di sukai viona dari alex. Alex itu susah di tebak. Dia bukan tipe orang yang seperti manggis. Yang hanya dari kelopak di bawahnya langsung bisa ketebak isinya. Alex itu misterius.
"maaf, aku terlambat". viona menunduk dan segera duduk di samping alex. "Viona". ucap viona serak memperkenalkan diri. "bintang". laki laki yang mengenakan kemeja itu membalas. "sudahlah tidak perlu basa basi. Jadi kesimpulannya besok kita ke gedung kasuari kan?". Alex menyambar dengan mimik tak suka. Bintang hanya mengangguk kemudian alex pergi begitu saja. Mendadak jadi hening.
"jadi kamu calon istri alex?. alex sudah bercerita banyak denganku. Alex itu sahabat dekat ku jadi aku benar benar tau sifat dia seperti apa. Dia memang sedikit kasar. Tapi sebenarnya dia itu baik. Kamu hanya perlu memahaminya". tiba tiba bintang bersuara. Kata kata itu sukses besar membuat viona tercengang. "ya, aku tau". viona berkata lirih.
###
Alex tiba tiba saja memberi kabar kalau dia tidak bisa datang ke gedung untuk melakukan survei. Jadi viona hanya datang sendiri. "sudah lama menunggu?". viona mengagetkan bintang yang tengah sibuk dengan gambarnya. "tidak. Tapi kau lumayan membuatku berjamur di sini". celoteh bintang sementara viona hanya terkikik geli mendengarnya. "maaf. Tadi rada macet". viona nyengir kuda. "ini desain untuk dekorasi ruangan ini. kamu suka?". bintang memperlihatkan gambarnya pada viona. "Banget. Tapi kalau bisa bunganya..".
"lili kan?". potong bintang. Viona mengangguk. "Dari mana kamu tau aku suka lili?". viona memiringkan kepalanya. "alex menceritakan semuanya padaku".
###
Waktu sebulan untuk persiapan pernikahan bukanlah waktu yang panjang. Semuanya hanya terasa seperti angin lalu saja. Tapi alex masih saja sibuk mengurusi bisnisnya di kantor dan membiarkan viona bekerja sendirian untuk persiapan pernikahan mereka. Untung saja ada bintang yang menemani viona. Jadi semuanya terasa lebih ringan. Dan jangan salahkan bintang dan viona kalau mereka jadi sangat akrab.
"Kenapa backgroundnya warna hijau?". viona tiba tiba saja protes dengan pekerjaan bintang. "karena hijau melambangkan kebahagiaan". bintang menjelaskan. "tapi aku mau warna merah. lebih hidup". tentang viona. "hijau lebih bagus. Hijau itu melambangkan kesuburan dan kesuburan itu akan membawa kebahagiaan". jelas bintang. "Dan merah itu lambang keberanian dan juga cinta".
"cinta itu sumber kesakitan!". nada bicara bintang naik satu oktaf. Darah viona berdesir. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Viona merasa ketakutan. Ada yang mendadak muncul dan berputar di pikirannya. Itu kenangannya setahun lalu. Yang tiba tiba saja menari nari di otaknya. Ingatan konyol yang bahkan tidak mau diingatnya lagi.
Saat itu adalah hari mos terakhir. Semua calon mahasiswa/i baru di kumpulkan di lapangan utama. Masing masing peserta mos diberi undian secara acak yang isinya adalah satu kata yang harus digunakan untuk merayu masing masing pembinanya. Dan viona mendapatkan kata cinta. "cinta adalah pertemuan sebuah kebahagiaan. Mengalir seperti air, lalu bermuara pada rasa suka cita. Berhembus seperti udara sehingga melahirkan sebuah rasa bahagia..". viona mengerjapkan matanya. "Aku mencintaimu". Mendadak pembimbing viona berlutut dihadapan viona dengan menggenggam erat tangan viona. Viona terlonjak kaget dan seketika berteriak. "cinta itu kesakitan!". Sang pembimbing yang bernama hendra itu terhenyak melihat tingkah viona yang tiba tiba saja pergi meninggalkannya.
"mungkinkah kamu..". kalimat viona menggantung. Ingatan itu benar benar membuat viona sadar akan beberapa hal. Wajahnya mendekat ke arah bintang dan meneliti tiap lekuk wajah bintang. "benarkah kau hendra?". viona bergumam. Sementara bintang langsung memeluk viona. Matanya berkaca kaca. Bintang tidak menyangka viona akan mengingatnya. "aku cinta kamu". Bisik bintang lirih. Viona tercengang kemudian segera melepaskan pelukan bintang. "nggak. aku nggak percaya sama kamu. Hendra itu rambutnya gondrong dan tanpa kaca mata sementara kamu berkaca mata. Rambut kamu spooky, mana mungkin..". viona menggeleng. "seseorang bisa saja kan berubah?. Tolong percayalah padaku. Aku hendra. Bintang mahendra. Pembimbing kamu waktu mos. Aku cinta sama kamu sejak pertama kali aku ngeliat kamu. Kamu tau?. Aku yang lebih dulu melihatmu, mengagumimu, bahkan mencintaimu. Tapi malah alex yang mendapatkanmu. Dia yang melangkah lebih cepat dariku. Aku harus bagaimana? aku mencintaimu. Tapi alex adalah sahabat dekatku. Apa aku harus merebutmu?. Hampir setiap hari dalam sebulan ini aku bersamamu. Aku mempersiapkan pernikahanmu. Aku senang. Tapi setiap saat aku sadar kalau aku mempersiapkan pernikahanmu dengan alex, aku benar benar merasa sakit. Ada yang memberontak dalam hatiku". bintang menangis pilu. "bintang aku mohon hentikan ini. Percayalah perasaanmu itu hanya ilusi. Dan besok aku akan menikah".
###
Para undangan sudah memenuhi gedung. Mempelai wanita begitu anggun dengan balutan berwarna putih. Begitu juga dengan mempelai pria yang terus menyunggingkan senyum. Mereka tampak serasi. Sementara di sudut lain seorang laki laki tengah mengatupkan kedua tangannya sambil menggerakkan bibirnya seperti sedang komat kamit. Matanya begitu sayu. Perasaannya sudah kacau sejak kemarin. Matanya begitu perih dan juga pedih. Ada rasa sakit yang melanda tenggorokannya. Hatinya juga terasa sangat pedih. Semuanya bertumpu menjadi satu.
"selamat kalian sah menjadi suami istri".
Ada kesedihan yang amat besar dibandingkan kejadian bom atom yang jatuh di nagasaki dan hirosima. Yang lebih dashyat daripada tsunami di aceh. Semuanya terwakili dalam juntaian air mata bintang yang jatuh satu persatu. Tangannya tidak lagi mengatup menjadi satu. Bibirnya tidak lagi berkomat kamit. Saat ini bintang tengah bersusah payah menahan tangisnya. Juga menahan agar dirinya tidak tumbang dan tersungkur ke lantai. Rasa pedih itu benar benar menelusup sampai ke saraf saraf yang ada di tubuh bintang. Persendiannya terasa kaku. Setelah itu bintang tak sadarkan diri.
###
Rumah sakit itu tidak sama dengan rumah sakit yang lainya. Disana hanya menampung orang orang dengan penyakit yang istimewa. Tidak berbahaya. Juga tidak mematikan. Cara mereka berkomunikasi pun tidak menggunakan logika. "ini cinta?". bintang menyandar ke tembok. Tatapannya kosong. Lalu dia memukuli kepalanya sendiri tanpa kendali.
Mereka adalah para pasien yang istimewa. Karena mereka memiliki masalah dengan jiwanya. Bukan raganya.
Sakit itu bukan seberapa parah. Tapi saat kita menginginkan sesuatu yang bukan menjadi milik kita. Dan membuat kita merasa tertekan. Sementara orang yang memilikinya malah bersikap semena mena. Dan parahnya kita yang membantu mereka bersatu. Itu sakit. Banget.
THE END
"besok kita ketemu sama wedding operationnya ya?". alex menatap antusias viona. Gadis yang duduk tepat berada di sampingnya. "iya. Tapi aku harus kuliah dulu". jawab viona sedikit takut. "kamu nggak usah kuliah. Pokoknya besok aku jemput kamu. Aku masih ada meeting. Bye!". Alex mengelus puncak ubun ubun viona singkat kemudian pergi begitu saja. Meninggalkan viona sendirian di dalam sebuah restoran yang lumayan ramai. Viona mematung. Dia masih saja membenci sifat alex yang selalu semena mena terhadap dirinya. Alex yang sukanya menang sendiri, alex yang kasar, viona benci itu. Tapi entah mengapa viona malah semakin cinta dengan alex walaupun sifatnya tidak pernah berubah.
###
Bukannya hari ini viona ada janji dengan alex?. Ya, benar. Tapi sekarang viona ada di dalam kampus. Dia sedang memperhatikan Trigonometri Umum yang dijelaskan oleh Mr. Roy. Viona cari mati?.
Dengan langkah terburu buru viona keluar dari kelas setelah pelajaran usai. Dia harus memburu waktu sebelum alex menjemputnya. Alex bisa marah besar.
Seorang lelaki tiba tiba saja berdiri di hadapan viona. Matanya melotot dan dia tampak marah. Tangannya yang ringan langsung saja mengayun dan mendarat tepat di pipi viona yang putih mulus. Meninggalkan bekas kemerahan dan rasa nyeri yang berkepanjangan. "aku udah bilang jangan kuliah. Aku kan udah janji jemput kamu. Tapi kenapa kamu malah ke kampus?. Kamu ini selalu aja ngeyel!". alex berteriak murka. Sementara yang sedang dimarahi malah menangis sambil memegangi pipinya yang masih terasa nyeri. "aku nggak bisa lex. Mana mungkin aku bolos mata kuliah Mr. Roy. Aku bisa nggak lulus kalau aku ngelakuin itu". viona sesenggukan. "Jadi kamu lebih mentingin dosen kamu dari pada aku?". tangan alex beralih ke kepala viona. Mengelus rambutnya singkat kemudian menjambaknya tanpa ampun. "maafin aku". viona mendesah sambil memegangi tangan alex. Berharap alex mau melepaskan tangannya dari rambut viona. "Udahlah. Aku males. Kamu ketemu aja sendiri sama wedding operationnya di restoran kemarin. Aku mau ke kantor!". alex melangkah pergi.
Udah gitu aja. Nggak ada manis manisnya kan si alex?. Tapi viona masih aja cinta sama alex. Walaupun viona udah berkali kali kena tampar, jambak, tinju dan lain lain dari alex. Tapi viona masih aja betah plus cinta plus sayang sama alex. Parah banget kan?. Jadi kalau kata orang cinta itu buta sih bener. Satu lagi cinta juga mati rasa. Ada evolusi yang salah yang terjadi saat ini. Bukan sesuatu yang membanggakan dan maju. Tapi malah sesuatu yang memalukan dan mundur. Dalam hal ini adalah cinta. Dulu cinta itu saling memiliki, menyayangi, memahami dan merasakan. Sementara saat ini cinta yang muncul adalah cinta yang menyakiti-disakiti, dan dihianati. Entah karena efek kemajuan jaman atau apa, yang penting ada kesalahan kecil tentang evolusi ini.
Viona masih saja menangis. Meskipun tangannya berkali kali mengusap air matanya, toh pipinya masih saja basah. Langkahnya yang penuh keraguan akhirnya berhenti di salah satu meja pesanan alex. Disana sudah bertengger manis seorang laki laki yang memakai kemeja dan juga alex. Ini yang di sukai viona dari alex. Alex itu susah di tebak. Dia bukan tipe orang yang seperti manggis. Yang hanya dari kelopak di bawahnya langsung bisa ketebak isinya. Alex itu misterius.
"maaf, aku terlambat". viona menunduk dan segera duduk di samping alex. "Viona". ucap viona serak memperkenalkan diri. "bintang". laki laki yang mengenakan kemeja itu membalas. "sudahlah tidak perlu basa basi. Jadi kesimpulannya besok kita ke gedung kasuari kan?". Alex menyambar dengan mimik tak suka. Bintang hanya mengangguk kemudian alex pergi begitu saja. Mendadak jadi hening.
"jadi kamu calon istri alex?. alex sudah bercerita banyak denganku. Alex itu sahabat dekat ku jadi aku benar benar tau sifat dia seperti apa. Dia memang sedikit kasar. Tapi sebenarnya dia itu baik. Kamu hanya perlu memahaminya". tiba tiba bintang bersuara. Kata kata itu sukses besar membuat viona tercengang. "ya, aku tau". viona berkata lirih.
###
Alex tiba tiba saja memberi kabar kalau dia tidak bisa datang ke gedung untuk melakukan survei. Jadi viona hanya datang sendiri. "sudah lama menunggu?". viona mengagetkan bintang yang tengah sibuk dengan gambarnya. "tidak. Tapi kau lumayan membuatku berjamur di sini". celoteh bintang sementara viona hanya terkikik geli mendengarnya. "maaf. Tadi rada macet". viona nyengir kuda. "ini desain untuk dekorasi ruangan ini. kamu suka?". bintang memperlihatkan gambarnya pada viona. "Banget. Tapi kalau bisa bunganya..".
"lili kan?". potong bintang. Viona mengangguk. "Dari mana kamu tau aku suka lili?". viona memiringkan kepalanya. "alex menceritakan semuanya padaku".
###
Waktu sebulan untuk persiapan pernikahan bukanlah waktu yang panjang. Semuanya hanya terasa seperti angin lalu saja. Tapi alex masih saja sibuk mengurusi bisnisnya di kantor dan membiarkan viona bekerja sendirian untuk persiapan pernikahan mereka. Untung saja ada bintang yang menemani viona. Jadi semuanya terasa lebih ringan. Dan jangan salahkan bintang dan viona kalau mereka jadi sangat akrab.
"Kenapa backgroundnya warna hijau?". viona tiba tiba saja protes dengan pekerjaan bintang. "karena hijau melambangkan kebahagiaan". bintang menjelaskan. "tapi aku mau warna merah. lebih hidup". tentang viona. "hijau lebih bagus. Hijau itu melambangkan kesuburan dan kesuburan itu akan membawa kebahagiaan". jelas bintang. "Dan merah itu lambang keberanian dan juga cinta".
"cinta itu sumber kesakitan!". nada bicara bintang naik satu oktaf. Darah viona berdesir. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Viona merasa ketakutan. Ada yang mendadak muncul dan berputar di pikirannya. Itu kenangannya setahun lalu. Yang tiba tiba saja menari nari di otaknya. Ingatan konyol yang bahkan tidak mau diingatnya lagi.
Saat itu adalah hari mos terakhir. Semua calon mahasiswa/i baru di kumpulkan di lapangan utama. Masing masing peserta mos diberi undian secara acak yang isinya adalah satu kata yang harus digunakan untuk merayu masing masing pembinanya. Dan viona mendapatkan kata cinta. "cinta adalah pertemuan sebuah kebahagiaan. Mengalir seperti air, lalu bermuara pada rasa suka cita. Berhembus seperti udara sehingga melahirkan sebuah rasa bahagia..". viona mengerjapkan matanya. "Aku mencintaimu". Mendadak pembimbing viona berlutut dihadapan viona dengan menggenggam erat tangan viona. Viona terlonjak kaget dan seketika berteriak. "cinta itu kesakitan!". Sang pembimbing yang bernama hendra itu terhenyak melihat tingkah viona yang tiba tiba saja pergi meninggalkannya.
"mungkinkah kamu..". kalimat viona menggantung. Ingatan itu benar benar membuat viona sadar akan beberapa hal. Wajahnya mendekat ke arah bintang dan meneliti tiap lekuk wajah bintang. "benarkah kau hendra?". viona bergumam. Sementara bintang langsung memeluk viona. Matanya berkaca kaca. Bintang tidak menyangka viona akan mengingatnya. "aku cinta kamu". Bisik bintang lirih. Viona tercengang kemudian segera melepaskan pelukan bintang. "nggak. aku nggak percaya sama kamu. Hendra itu rambutnya gondrong dan tanpa kaca mata sementara kamu berkaca mata. Rambut kamu spooky, mana mungkin..". viona menggeleng. "seseorang bisa saja kan berubah?. Tolong percayalah padaku. Aku hendra. Bintang mahendra. Pembimbing kamu waktu mos. Aku cinta sama kamu sejak pertama kali aku ngeliat kamu. Kamu tau?. Aku yang lebih dulu melihatmu, mengagumimu, bahkan mencintaimu. Tapi malah alex yang mendapatkanmu. Dia yang melangkah lebih cepat dariku. Aku harus bagaimana? aku mencintaimu. Tapi alex adalah sahabat dekatku. Apa aku harus merebutmu?. Hampir setiap hari dalam sebulan ini aku bersamamu. Aku mempersiapkan pernikahanmu. Aku senang. Tapi setiap saat aku sadar kalau aku mempersiapkan pernikahanmu dengan alex, aku benar benar merasa sakit. Ada yang memberontak dalam hatiku". bintang menangis pilu. "bintang aku mohon hentikan ini. Percayalah perasaanmu itu hanya ilusi. Dan besok aku akan menikah".
###
Para undangan sudah memenuhi gedung. Mempelai wanita begitu anggun dengan balutan berwarna putih. Begitu juga dengan mempelai pria yang terus menyunggingkan senyum. Mereka tampak serasi. Sementara di sudut lain seorang laki laki tengah mengatupkan kedua tangannya sambil menggerakkan bibirnya seperti sedang komat kamit. Matanya begitu sayu. Perasaannya sudah kacau sejak kemarin. Matanya begitu perih dan juga pedih. Ada rasa sakit yang melanda tenggorokannya. Hatinya juga terasa sangat pedih. Semuanya bertumpu menjadi satu.
"selamat kalian sah menjadi suami istri".
Ada kesedihan yang amat besar dibandingkan kejadian bom atom yang jatuh di nagasaki dan hirosima. Yang lebih dashyat daripada tsunami di aceh. Semuanya terwakili dalam juntaian air mata bintang yang jatuh satu persatu. Tangannya tidak lagi mengatup menjadi satu. Bibirnya tidak lagi berkomat kamit. Saat ini bintang tengah bersusah payah menahan tangisnya. Juga menahan agar dirinya tidak tumbang dan tersungkur ke lantai. Rasa pedih itu benar benar menelusup sampai ke saraf saraf yang ada di tubuh bintang. Persendiannya terasa kaku. Setelah itu bintang tak sadarkan diri.
###
Rumah sakit itu tidak sama dengan rumah sakit yang lainya. Disana hanya menampung orang orang dengan penyakit yang istimewa. Tidak berbahaya. Juga tidak mematikan. Cara mereka berkomunikasi pun tidak menggunakan logika. "ini cinta?". bintang menyandar ke tembok. Tatapannya kosong. Lalu dia memukuli kepalanya sendiri tanpa kendali.
Mereka adalah para pasien yang istimewa. Karena mereka memiliki masalah dengan jiwanya. Bukan raganya.
Sakit itu bukan seberapa parah. Tapi saat kita menginginkan sesuatu yang bukan menjadi milik kita. Dan membuat kita merasa tertekan. Sementara orang yang memilikinya malah bersikap semena mena. Dan parahnya kita yang membantu mereka bersatu. Itu sakit. Banget.
THE END
Selasa, 03 Desember 2013
TAKDIR
Langit mendung dengan jeritan petir akhirnya menyerah dengan
mengeluarkan semua isinya lewat titik titik air hujan yang kian deras.
Wanita itu duduk lemas di sudut ruangan dengan sebuah foto di pangkuannya. Matanya berkaca kaca tapi dia masih mencoba untuk tetap tegar. Dulu wanita itu sangat jarang terlihat sedih dan murung. Tapi akhir akhir ini dia hanya mau mengurung dirinya dikamar. Bahkan dia tidak mau lagi keluar dari kamar. Jika dia keluar dari kamarnya pun itu hanya untuk mandi.
"aku masih ingat. kau menyuruhku menunggu di taman kan?". wanita bernama viona itu mengusap foto dipangkuannya dengan lembut. "aku menunggumu. Tapi kau tak pernah datang. bahkan sampai saat ini pun kau tak pernah datang". kali ini viona menunjuk kasar laki laki di dalam foto itu. "kau bohong padaku! kau tau? kau adalah laki laki brengsek!". viona membanting foto itu dengan kasar. pecahan kaca tersebar di mana mana dan salah satunya mengenai tangan viona.
"viona..". teriak alex. dia langsung menghambur ke arah viona dan bermaksud mengobati tangan viona. Tapi viona malah menarik alex ke dalam pelukannya. "kau tau? dia sangat jahat". viona terisak dalam pelukan sahabatnya. "ya". alex langsung tanggap denga apa yang dimaksud viona tentang 'dia'. "apa salahku? apa aku sangat berdosa? kenapa tuhan sangat tega kapadaku? aku menunggunya. Bahkan sampai saat ini aku masih menunggunya. Tapi kenapa? kenapa dia pergi? dia mencampakkanku!". viona semakin terisak. bahkan untuk sesekali dia senpat terbatuk. Alex melepas pelukan viona dan sekarang alex memegangi wajahnya. Di tatapnya dalam dalam mata sayu viona. "sekarang ini, kau yang harus tegas membuat sebuah pernyataan. apakah kau akan terpuruk seperti ini terus atau kau akan bangkit. semuanya terserah padamu. kau tidak harus mengingat orang yang tidak ada di dalam kehidupanmu. Atau kau akan terus hidup di atas bayang bayangnya". alex menatap viona dengan kecewa. Dia mengobati tangan viona dengan sabar. Membersihkan pecahan kaca yang tersebar di kamar viona lalu dia pergi.
Viona masih ada di posisinya. Tapi sekarang dia sudah tidak menangis. Dia hanya diam. Dan mulai memikirkan kata kata alex. Sebenarnya ada benarnya kata alex. kenapa dia harus memikirkan bintang yang sudah pergi meninggalkannya. Bahkan tanpa alasan apapun. Meskipun viona sangat mencintai bintang, tapi dalam kenyataannya dia sudah pergi. Sementara alex, dia selalu hadir untuk viona. Bahkan alex rela menyisihkan waktunya setelah bekerja untuk mengunjungi dirinya. Alex itu hanya sahabat bagi viona tapi alex bisa menjaga viona bahkan lebih baik dari viona menjaga dirinya sendiri.
Viona berjalan mendekat ke meja rias. Viona melihat ke kaca. Disana ada seseorang yang terlihat sangat menyedihkan. Rambut yang kusut, mata sayu, dan badannya terlihat sangat kurus. "orang yang ada di kaca itu aku? menyedihkan sekali. bukankah ini karena kau bintang?". viona merasa sesak kembali setelah menyebut nama bintang. "mungkin aku akan selalu mengingatmu. Tapi kau hanya akan ada di dasar hatiku". viona menarik nafas panjang kemudian menarik seulas senyum.
Alex tengah berkutat pada setumpuk proposal yang harus di tanda tangani. Itu adalah pekerjaannya yang menumpuk karena akhir akhir ini dia sering pulang cepat untuk menjenguk viona. Kantornya begitu kacau karena sering di tinggal alex selaku direktur di kantor itu. Tapi hari ini bisa sedikit terkendali. Walaupun semuanya harus lembur dan baru boleh pulang jam 20.00 ini. Alex berjalan sambil mengacak rambutnya. Dia terlihat begitu lelah. "viona". alex kaget mendapati viona yang duduk kelelahan di depan kantornya. "kau baru pulang. apakah hari ini kau lembur? aku menantimu sejak pagi". viona menguap. "apa kau sangat lelah? kenapa kau tidak menelepon ku? tadi pekerjaanku banyak sekali jadi aku harus lembur". alex duduk di samping viona. Melepas jaketnya kemudian memakaikannya pada viona."disini sangat dingin. kita bicara di mobil saja". lanjut alex. Viona hanya menurut dan masuk ke dalam mobil alex. "lihat. aku membawakanmu sandwich. terlihat tidak segar". kata viona dengan nada kecewa. "kelihatannya enak sekali". alex langsung mencomot sandwich di tangan viona dan memakannya. "kenapa kau menungguku?" sambung alex.
"siapa yang menunggu dirimu? aku menantimu!". bentak viona tiba tiba.
"maaf. aku hanya tidak suka kau menyebutnya dengan sebutan menunggu". lanjut viona dengan intonasi yang melunak. "ya, aku tau. kalau begitu untuk menebus hari ini bagaimana kalau besok kita jalan jalan?". tawar alex dengan sisipan seulas senyum. Sementara viona hanya mengangguk.
Alex mengantar viona pulang. Dan dengan senyum yang merekah viona masuk kedalam kamarnya. Dia terus memikirkan alex. Entah mengapa tapi hal itu terus terngiang di pikiran viona.
Keesokan harinya, seperti janji alex mereka pergi jalan jalan. Sepertinya ada hal yang salah. Mereka bukan jalan jalan. Tapi, alex malah membawa viona ke taman. Tempat yang sangat dibenci viona akhir akhir ini. "kenapa? kenapa kau membawaku kesini? lupakan jalan jalan dan antar aku pulang!". viona langsung mengerang kesal.
"tolong sebentar saja". alex menarik tangan viona dan membawanya ke sebuah bangku panjang di bawah pohon besar. "ada yang salah tentang pendapatmu. aku ingin meluruskannya". jelas alex. Viona masih terdiam dengan muka berlipat. "lihatlah. Bintang sempat kemari. dia mengukir nama kalian disini". alex menunjuk ke salah satu sisi pohon. Viina melihatnya. Dadanya mulai sesak. Dan air matanya mengalir begitu saja. Kakinya melemas dan seketika tubuhnya terhempas ke tanah. Rasanya sangat perih.
"kak ini". tiba tiba seorang wanita yang jauh lebih muda 1 tahun dari viona datang dan menyerahkan sebuah kotak pada alex. Alex menerimanya. kemudian di berikan lagi pada viona. Viona menarik nafas dalam dalam lalu membukanya. Didalamnya ada sebuah buku catatan. Bunga mawar yang sudah kering, sebuah boneka beruang dan ada kotak kecil. Viona membaca tulisan di catatan itu. Semuanya tentang perjalanan cinta mereka. Semua ditulis bintang disitu. dan di lembar terakhir bintang menulis kalau dia akan melamar viona. Rencananya bintang akan melamar viona di taman. Bintang akan memberi viona sebatang mawar dan juga cincin.
Rasanya pedih saat membacanya. Viona semakin terisak saat membuka kotak kecil yang ternyata isinya adalah sebuah cincin. "kenapa? kenapa jadi seperti ini? tuhan apa aku sangat berdosa? jadi kau menghukumku seperti ini?". teriak viona parau. Matanya melihat ke atas langit. "kenapa tuhan? saat itu aku menunggunya di sini. Dan aku dijemput alex. aku diajak ke rumah bintang. Dan aku langsung dihadapkan pada jasadnya. kenapa? kenapa dia pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan untukku? bahkan aku tak tau kenapa dia bisa meninggal. apa kelakuanku sangat buruk? aku akan merubah kelakuanku jika itu bisa membuat bintang kembali". ucapan viona terdengar sangat putus asa. Alex langsung merengkuhnya ke dalam pelukannya.
"Saat itu bintang sudah berangkat untuk menemuimu. Tapi ditengah jalan dia melihat wanita ini ditengah jalan. Hak sepatunya menyangkut di aspal yang berlubang. Bintang bermaksud membantunya. Tapi di arah lain ada bis yang melaju dengan kecepatan extra. wanita itu bisa selamat, tapi bintang terlambat". jelas alex dengan suara berat. Air matanya juga jatuh begitu saja. Viona bangkit dan mendekat ke arah wanita yang memberikan kotak pada alex tadi. "apa kau wanita itu? wanita yang membuat bintangku kehilangan nyawanya?". viona menunjuk kasar di depan wajah wanita itu. "maaf. maafkan aku". wanita itu hanya menunduk.
Tiba tiba dengan gerakan kasar viona mencekik leher wanita itu. Tapi alex segera melerainya. Alex kembali menarik viona ke dalam pelukannya. "kau tidak boleh melakukan itu. ini semua adalah takdir". ucap alex dengan suara berat. "kau tau apa tentang takdir? kau tidak tau bagaimana perasaanku makanya kau bisa berkata seperti itu! kau tau apa tentang aku dan bintang?". viona memberontak ingin melepas pelukan dari alex tapi alex menahannya. "tidak. aku sangat tahu tentang bintang dan kau. Kita bersahabat. Aku tahu bagaimana kau mencintai bantang. dan bintang mencintaimu. Tapi di sisi lain apa kau tau? aku juga mencintaimu. walaupun aku tahu aku seharusnya tidak boleh merasakan hal itu padamu. tapi aku tak bisa. aku terlalu mencintaimu. ini semua adalah takdir. takdir yang diberikan tuhan untuk kita". alex menangis dalam pelukan viona. "bagaimana bisa? bagaimana bisa kau melakukan ini? kau sadar ? bintang itu kakak mu!". bentak viona kemudian pergi. Alex mengejarnya dan alex berhasil menggenggam tangannya. "aku sadar. tapi sekarang dia sudah pergi. Lagipula kalian belum menikah jadi aku berhak mengutarakan isi hatiku padamu". kalimat alex terdengar lirih. "aku tak tau. sejak awal aku tak mau punya sahabat laki laki. Tapi kalian begitu baik padaku. kalian bisa menggantikan sosok kakakku yang sudah meninggal karena kanker. kalian yang mengajarkan aku untuk ceria setiap harinya dan..". kata kata viona terpotong.
"aku mau kau jadi istriku. Aku mencintaimu dan aku ingin kita hidup bersama. Takdirmu bukan bersama bintang. tapi bersamaku. aku mohon. biarkan takdir ini mengalir seperti air". potong alex. "aku tak tau. aku perlu waktu". balas viona dan alex kembali memeluknya.
Yang pasti di sudut lain ada sebuah keluarga kecil yang tengah duduk di bangku taman. Semuanya tersenyum bahagia. Alex, Viona, dan Bintang kecil. mereka menjadi keluarga yang sangat bahagia dengan hadirnya bintang kecil yang melengkapi kehidupan mereka sebagai pengganti Bintang.
"walaupun aku kehilangan sebagian hatiku dimasa lalu karena takdir. Tapi kini takdir menyatukan sebagian hatiku dengan hati yang lain. juga seorang buah hati. Aku bahagia memiliki suami yang seperti sahabat bagiku".
Takdir itu hanya butuh perjuangan untuk melewatinya. Dan juga waktu yang panjang untuk melaluinya. Walaupun diawali dengan kesedihan, tapi pada akhirnya akan ada kebahagiaan untuk itu semua. Karena mereka hadir dalam satu paket.
THE END
Wanita itu duduk lemas di sudut ruangan dengan sebuah foto di pangkuannya. Matanya berkaca kaca tapi dia masih mencoba untuk tetap tegar. Dulu wanita itu sangat jarang terlihat sedih dan murung. Tapi akhir akhir ini dia hanya mau mengurung dirinya dikamar. Bahkan dia tidak mau lagi keluar dari kamar. Jika dia keluar dari kamarnya pun itu hanya untuk mandi.
"aku masih ingat. kau menyuruhku menunggu di taman kan?". wanita bernama viona itu mengusap foto dipangkuannya dengan lembut. "aku menunggumu. Tapi kau tak pernah datang. bahkan sampai saat ini pun kau tak pernah datang". kali ini viona menunjuk kasar laki laki di dalam foto itu. "kau bohong padaku! kau tau? kau adalah laki laki brengsek!". viona membanting foto itu dengan kasar. pecahan kaca tersebar di mana mana dan salah satunya mengenai tangan viona.
"viona..". teriak alex. dia langsung menghambur ke arah viona dan bermaksud mengobati tangan viona. Tapi viona malah menarik alex ke dalam pelukannya. "kau tau? dia sangat jahat". viona terisak dalam pelukan sahabatnya. "ya". alex langsung tanggap denga apa yang dimaksud viona tentang 'dia'. "apa salahku? apa aku sangat berdosa? kenapa tuhan sangat tega kapadaku? aku menunggunya. Bahkan sampai saat ini aku masih menunggunya. Tapi kenapa? kenapa dia pergi? dia mencampakkanku!". viona semakin terisak. bahkan untuk sesekali dia senpat terbatuk. Alex melepas pelukan viona dan sekarang alex memegangi wajahnya. Di tatapnya dalam dalam mata sayu viona. "sekarang ini, kau yang harus tegas membuat sebuah pernyataan. apakah kau akan terpuruk seperti ini terus atau kau akan bangkit. semuanya terserah padamu. kau tidak harus mengingat orang yang tidak ada di dalam kehidupanmu. Atau kau akan terus hidup di atas bayang bayangnya". alex menatap viona dengan kecewa. Dia mengobati tangan viona dengan sabar. Membersihkan pecahan kaca yang tersebar di kamar viona lalu dia pergi.
Viona masih ada di posisinya. Tapi sekarang dia sudah tidak menangis. Dia hanya diam. Dan mulai memikirkan kata kata alex. Sebenarnya ada benarnya kata alex. kenapa dia harus memikirkan bintang yang sudah pergi meninggalkannya. Bahkan tanpa alasan apapun. Meskipun viona sangat mencintai bintang, tapi dalam kenyataannya dia sudah pergi. Sementara alex, dia selalu hadir untuk viona. Bahkan alex rela menyisihkan waktunya setelah bekerja untuk mengunjungi dirinya. Alex itu hanya sahabat bagi viona tapi alex bisa menjaga viona bahkan lebih baik dari viona menjaga dirinya sendiri.
Viona berjalan mendekat ke meja rias. Viona melihat ke kaca. Disana ada seseorang yang terlihat sangat menyedihkan. Rambut yang kusut, mata sayu, dan badannya terlihat sangat kurus. "orang yang ada di kaca itu aku? menyedihkan sekali. bukankah ini karena kau bintang?". viona merasa sesak kembali setelah menyebut nama bintang. "mungkin aku akan selalu mengingatmu. Tapi kau hanya akan ada di dasar hatiku". viona menarik nafas panjang kemudian menarik seulas senyum.
Alex tengah berkutat pada setumpuk proposal yang harus di tanda tangani. Itu adalah pekerjaannya yang menumpuk karena akhir akhir ini dia sering pulang cepat untuk menjenguk viona. Kantornya begitu kacau karena sering di tinggal alex selaku direktur di kantor itu. Tapi hari ini bisa sedikit terkendali. Walaupun semuanya harus lembur dan baru boleh pulang jam 20.00 ini. Alex berjalan sambil mengacak rambutnya. Dia terlihat begitu lelah. "viona". alex kaget mendapati viona yang duduk kelelahan di depan kantornya. "kau baru pulang. apakah hari ini kau lembur? aku menantimu sejak pagi". viona menguap. "apa kau sangat lelah? kenapa kau tidak menelepon ku? tadi pekerjaanku banyak sekali jadi aku harus lembur". alex duduk di samping viona. Melepas jaketnya kemudian memakaikannya pada viona."disini sangat dingin. kita bicara di mobil saja". lanjut alex. Viona hanya menurut dan masuk ke dalam mobil alex. "lihat. aku membawakanmu sandwich. terlihat tidak segar". kata viona dengan nada kecewa. "kelihatannya enak sekali". alex langsung mencomot sandwich di tangan viona dan memakannya. "kenapa kau menungguku?" sambung alex.
"siapa yang menunggu dirimu? aku menantimu!". bentak viona tiba tiba.
"maaf. aku hanya tidak suka kau menyebutnya dengan sebutan menunggu". lanjut viona dengan intonasi yang melunak. "ya, aku tau. kalau begitu untuk menebus hari ini bagaimana kalau besok kita jalan jalan?". tawar alex dengan sisipan seulas senyum. Sementara viona hanya mengangguk.
Alex mengantar viona pulang. Dan dengan senyum yang merekah viona masuk kedalam kamarnya. Dia terus memikirkan alex. Entah mengapa tapi hal itu terus terngiang di pikiran viona.
Keesokan harinya, seperti janji alex mereka pergi jalan jalan. Sepertinya ada hal yang salah. Mereka bukan jalan jalan. Tapi, alex malah membawa viona ke taman. Tempat yang sangat dibenci viona akhir akhir ini. "kenapa? kenapa kau membawaku kesini? lupakan jalan jalan dan antar aku pulang!". viona langsung mengerang kesal.
"tolong sebentar saja". alex menarik tangan viona dan membawanya ke sebuah bangku panjang di bawah pohon besar. "ada yang salah tentang pendapatmu. aku ingin meluruskannya". jelas alex. Viona masih terdiam dengan muka berlipat. "lihatlah. Bintang sempat kemari. dia mengukir nama kalian disini". alex menunjuk ke salah satu sisi pohon. Viina melihatnya. Dadanya mulai sesak. Dan air matanya mengalir begitu saja. Kakinya melemas dan seketika tubuhnya terhempas ke tanah. Rasanya sangat perih.
"kak ini". tiba tiba seorang wanita yang jauh lebih muda 1 tahun dari viona datang dan menyerahkan sebuah kotak pada alex. Alex menerimanya. kemudian di berikan lagi pada viona. Viona menarik nafas dalam dalam lalu membukanya. Didalamnya ada sebuah buku catatan. Bunga mawar yang sudah kering, sebuah boneka beruang dan ada kotak kecil. Viona membaca tulisan di catatan itu. Semuanya tentang perjalanan cinta mereka. Semua ditulis bintang disitu. dan di lembar terakhir bintang menulis kalau dia akan melamar viona. Rencananya bintang akan melamar viona di taman. Bintang akan memberi viona sebatang mawar dan juga cincin.
Rasanya pedih saat membacanya. Viona semakin terisak saat membuka kotak kecil yang ternyata isinya adalah sebuah cincin. "kenapa? kenapa jadi seperti ini? tuhan apa aku sangat berdosa? jadi kau menghukumku seperti ini?". teriak viona parau. Matanya melihat ke atas langit. "kenapa tuhan? saat itu aku menunggunya di sini. Dan aku dijemput alex. aku diajak ke rumah bintang. Dan aku langsung dihadapkan pada jasadnya. kenapa? kenapa dia pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan untukku? bahkan aku tak tau kenapa dia bisa meninggal. apa kelakuanku sangat buruk? aku akan merubah kelakuanku jika itu bisa membuat bintang kembali". ucapan viona terdengar sangat putus asa. Alex langsung merengkuhnya ke dalam pelukannya.
"Saat itu bintang sudah berangkat untuk menemuimu. Tapi ditengah jalan dia melihat wanita ini ditengah jalan. Hak sepatunya menyangkut di aspal yang berlubang. Bintang bermaksud membantunya. Tapi di arah lain ada bis yang melaju dengan kecepatan extra. wanita itu bisa selamat, tapi bintang terlambat". jelas alex dengan suara berat. Air matanya juga jatuh begitu saja. Viona bangkit dan mendekat ke arah wanita yang memberikan kotak pada alex tadi. "apa kau wanita itu? wanita yang membuat bintangku kehilangan nyawanya?". viona menunjuk kasar di depan wajah wanita itu. "maaf. maafkan aku". wanita itu hanya menunduk.
Tiba tiba dengan gerakan kasar viona mencekik leher wanita itu. Tapi alex segera melerainya. Alex kembali menarik viona ke dalam pelukannya. "kau tidak boleh melakukan itu. ini semua adalah takdir". ucap alex dengan suara berat. "kau tau apa tentang takdir? kau tidak tau bagaimana perasaanku makanya kau bisa berkata seperti itu! kau tau apa tentang aku dan bintang?". viona memberontak ingin melepas pelukan dari alex tapi alex menahannya. "tidak. aku sangat tahu tentang bintang dan kau. Kita bersahabat. Aku tahu bagaimana kau mencintai bantang. dan bintang mencintaimu. Tapi di sisi lain apa kau tau? aku juga mencintaimu. walaupun aku tahu aku seharusnya tidak boleh merasakan hal itu padamu. tapi aku tak bisa. aku terlalu mencintaimu. ini semua adalah takdir. takdir yang diberikan tuhan untuk kita". alex menangis dalam pelukan viona. "bagaimana bisa? bagaimana bisa kau melakukan ini? kau sadar ? bintang itu kakak mu!". bentak viona kemudian pergi. Alex mengejarnya dan alex berhasil menggenggam tangannya. "aku sadar. tapi sekarang dia sudah pergi. Lagipula kalian belum menikah jadi aku berhak mengutarakan isi hatiku padamu". kalimat alex terdengar lirih. "aku tak tau. sejak awal aku tak mau punya sahabat laki laki. Tapi kalian begitu baik padaku. kalian bisa menggantikan sosok kakakku yang sudah meninggal karena kanker. kalian yang mengajarkan aku untuk ceria setiap harinya dan..". kata kata viona terpotong.
"aku mau kau jadi istriku. Aku mencintaimu dan aku ingin kita hidup bersama. Takdirmu bukan bersama bintang. tapi bersamaku. aku mohon. biarkan takdir ini mengalir seperti air". potong alex. "aku tak tau. aku perlu waktu". balas viona dan alex kembali memeluknya.
Yang pasti di sudut lain ada sebuah keluarga kecil yang tengah duduk di bangku taman. Semuanya tersenyum bahagia. Alex, Viona, dan Bintang kecil. mereka menjadi keluarga yang sangat bahagia dengan hadirnya bintang kecil yang melengkapi kehidupan mereka sebagai pengganti Bintang.
"walaupun aku kehilangan sebagian hatiku dimasa lalu karena takdir. Tapi kini takdir menyatukan sebagian hatiku dengan hati yang lain. juga seorang buah hati. Aku bahagia memiliki suami yang seperti sahabat bagiku".
Takdir itu hanya butuh perjuangan untuk melewatinya. Dan juga waktu yang panjang untuk melaluinya. Walaupun diawali dengan kesedihan, tapi pada akhirnya akan ada kebahagiaan untuk itu semua. Karena mereka hadir dalam satu paket.
THE END
Minggu, 01 Desember 2013
Miss You
3 Tahun masa putih abu - abu telah terlewati dengan baik. Penuh keceriaan, canda tawa, juga ukiran prestasi.
Rasa pusing yang memekakkan selama ujian nasional akhirnya terbayar dengan selembar kertas bernama ijazah dengan penuh kebanggaan. Prustasi karena soal 20 paket kemarin juga sudah mengudara. Semuanya sudah terlewati.
Acara wisuda siswa siswi SMA 1 HARAPAN hampir dimulai. Tapi tetap saja, para siswi masih sibuk kesana kemari meski repot karena harus berjalan dengan balutan kebaya. Entah hanya untuk membenahi make up atau berfoto bersama keluarga pada momen yang membahagiakan ini. Intinya mayoritas dari para siswi tidak ada yang bisa diam. Barang satu menit pun.
Hampir semua siswi melakukan itu. Kecuali satu. Gadis yang berada disudut masjid itu hanya diam. Duduk dalam posisi memeluk lututnya sendiri. Matanya berair. Dan dia tampak rapuh.
"Tidak ikut seperti yang lain?". seorang laki laki duduk di sampingnya. Gadis itu menoleh. Kemudian mengubah ekspresinya secepat mungkin agar terlihat natural.
"Mungkin tidak. Aku ingin mencari ketenangan di sini". Gadis itu menjawab. Membuat senyum simpul di wajahnya.
"Benarkah? Apa kau sudah dapat ketenangan itu?".
"Sedang kucari".
"Apa kau ingin menangis untuk mendapatkannya? Sudah tidak apa apa menangislah. Aku ada di sini. Bersamamu". Laki laki itu mengusap pipinya. Air matanya merembes. Gadis itu benar benar merasa sesak.
"Apa harus acara seperti ini dilakukan? Benarkah?". Gadis itu mulai terisak.
"Ini bentuk penghargaan untuk kita. Setelah 3 tahun berkutat untuk menuntut ilmu. Kau tidak suka?". Laki laki itu menjelaskan. Sementara gadis di sebelahnya hanya mengangguk.
"Aku tau sebenarnya bukan acara ini yang tidak kau sukai. Kau hanya tidak menyukai pemandangan seperti ini kan?". Laki laki itu berucap lagi.
"Aku tidak tau. Aku hanya..aku..sebenarnya aku marah pada duriku sendiri saat melihat hal seperti ini. Aku selalu iri melihat anak - anak perempuan itu bercengkrama dengan orang tuanya. Mereka terlihat bahagia sekali kan?Sementara aku? Tidak pernah sedikitpun berbahagia meskipun dengan orang tuanya sendiri. Aku iri. Sungguh. Saat ini, apa salah jika aku berharap untuk kehilangan ingatan? Aku benar benar tidak sanggup mengingatnya. Aku sumber malapetaka. Kau tau kan, siapa yang membuat orang tuaku pergi dari dunia ini untuk selamanya?. Itu aku. Aku adalah seorang pembunuh. Setiap saat aku berdoa, agar waktu dapat terulang kembali dan aku tidak akan pernah menyuruh orangtuaku untuk mengunjungiku disini. Dengan begitu mereka akan terhindar dari kecelakaan pesawat itu kan? Dan mungkin aku masih bisa merengkuh mereka saat ini". Gadis itu bergetar hebat. Isakannya mulai terdengar dengan jelas.
"Itu sudah jalan Tuhan. Jangan pernah sesali itu mengerti?. Hey lagi pula kau masih punya aku. Aku pacarmu. Calon suami kamu. Orang tua aku sama aja orang tua kamu. Mengerti? jadi jangan pernah merasa sendiri lagi. Ada kami disisimu". Laki laki itu merangkulnya dengan sebelah tangan. Kepalanya dibimbing untuk bersandar di bahu laki laki itu. Semuanya terasa nyaman. Dan itu berkat Rain. Laki laki yang selama ini menjadi sandaran hidupnya ketika dia terpuruk. Tempat beradu canda dalam kebahagiaan dan menangis bersama saat di terpa duka. Rain bukan keluarganya. Juga tidak ada hubungan darah dengannya. Rain hanya seorang manusia yang hadir dalam kehidupannya. Membawa sebuah kasih sayang dalam bentuk cinta. Kemudian merangkap peran orang tua baginya. Dia, gadis manis yang tengah rapuh hatinya.
Rasa pusing yang memekakkan selama ujian nasional akhirnya terbayar dengan selembar kertas bernama ijazah dengan penuh kebanggaan. Prustasi karena soal 20 paket kemarin juga sudah mengudara. Semuanya sudah terlewati.
Acara wisuda siswa siswi SMA 1 HARAPAN hampir dimulai. Tapi tetap saja, para siswi masih sibuk kesana kemari meski repot karena harus berjalan dengan balutan kebaya. Entah hanya untuk membenahi make up atau berfoto bersama keluarga pada momen yang membahagiakan ini. Intinya mayoritas dari para siswi tidak ada yang bisa diam. Barang satu menit pun.
Hampir semua siswi melakukan itu. Kecuali satu. Gadis yang berada disudut masjid itu hanya diam. Duduk dalam posisi memeluk lututnya sendiri. Matanya berair. Dan dia tampak rapuh.
"Tidak ikut seperti yang lain?". seorang laki laki duduk di sampingnya. Gadis itu menoleh. Kemudian mengubah ekspresinya secepat mungkin agar terlihat natural.
"Mungkin tidak. Aku ingin mencari ketenangan di sini". Gadis itu menjawab. Membuat senyum simpul di wajahnya.
"Benarkah? Apa kau sudah dapat ketenangan itu?".
"Sedang kucari".
"Apa kau ingin menangis untuk mendapatkannya? Sudah tidak apa apa menangislah. Aku ada di sini. Bersamamu". Laki laki itu mengusap pipinya. Air matanya merembes. Gadis itu benar benar merasa sesak.
"Apa harus acara seperti ini dilakukan? Benarkah?". Gadis itu mulai terisak.
"Ini bentuk penghargaan untuk kita. Setelah 3 tahun berkutat untuk menuntut ilmu. Kau tidak suka?". Laki laki itu menjelaskan. Sementara gadis di sebelahnya hanya mengangguk.
"Aku tau sebenarnya bukan acara ini yang tidak kau sukai. Kau hanya tidak menyukai pemandangan seperti ini kan?". Laki laki itu berucap lagi.
"Aku tidak tau. Aku hanya..aku..sebenarnya aku marah pada duriku sendiri saat melihat hal seperti ini. Aku selalu iri melihat anak - anak perempuan itu bercengkrama dengan orang tuanya. Mereka terlihat bahagia sekali kan?Sementara aku? Tidak pernah sedikitpun berbahagia meskipun dengan orang tuanya sendiri. Aku iri. Sungguh. Saat ini, apa salah jika aku berharap untuk kehilangan ingatan? Aku benar benar tidak sanggup mengingatnya. Aku sumber malapetaka. Kau tau kan, siapa yang membuat orang tuaku pergi dari dunia ini untuk selamanya?. Itu aku. Aku adalah seorang pembunuh. Setiap saat aku berdoa, agar waktu dapat terulang kembali dan aku tidak akan pernah menyuruh orangtuaku untuk mengunjungiku disini. Dengan begitu mereka akan terhindar dari kecelakaan pesawat itu kan? Dan mungkin aku masih bisa merengkuh mereka saat ini". Gadis itu bergetar hebat. Isakannya mulai terdengar dengan jelas.
"Itu sudah jalan Tuhan. Jangan pernah sesali itu mengerti?. Hey lagi pula kau masih punya aku. Aku pacarmu. Calon suami kamu. Orang tua aku sama aja orang tua kamu. Mengerti? jadi jangan pernah merasa sendiri lagi. Ada kami disisimu". Laki laki itu merangkulnya dengan sebelah tangan. Kepalanya dibimbing untuk bersandar di bahu laki laki itu. Semuanya terasa nyaman. Dan itu berkat Rain. Laki laki yang selama ini menjadi sandaran hidupnya ketika dia terpuruk. Tempat beradu canda dalam kebahagiaan dan menangis bersama saat di terpa duka. Rain bukan keluarganya. Juga tidak ada hubungan darah dengannya. Rain hanya seorang manusia yang hadir dalam kehidupannya. Membawa sebuah kasih sayang dalam bentuk cinta. Kemudian merangkap peran orang tua baginya. Dia, gadis manis yang tengah rapuh hatinya.
Big (crazy)
Sebenarnya seberapa parah guminho menangis? Kenapa sore ini begitu kacau
sekali?. Langit memuntahkan isinya tanpa henti. Suara petir bergemuruh
menggoncang batin para pendengarnya. Sungguh, ini adalah hujan paling
parah yang pernah ku lalui.
Apa yang membuat guminho menangis separah ini?. Apa dia sedang dalam kondisi tidak baik sekarang?. Atau dia tengah berpartisipasi dengan keadaanku?. Semoga saja iya.
Aku lelah sejak tadi hanya duduk di depan kaca. Melihat seorang gadis yang sangat kacau penampilannya di pantulan kaca. Aku lupa. Aku tengah melihat diriku sendiri saat itu. Begitu buruk sampai aku tidak bisa mengenali diriku sendiri.
"Apa kau tidak bosan? seharian hanya dyduk disana dan tidak melakukan apapun". Kak nay tiba tiba saja duduk di tepi tempat tidurku. Entah kapan dia masuk ke dalam kamarku.
"Apa kakak tidak merasa bersalah?. Aku menoleh. Membuat ekspresi marah dalam kesedihanku.
"Untuk? Oh. Aku memang tidak bersalah. Untuk apa merasa bersalah?". Kak nay menyilangkan kakinya. Dia terlihat begitu tenang.
"setelah apa yang terjadi pada kak Rain?".
"Dia begitu karena kesalahannya sendiri kan? Sebelumnya aku tidak pernah memberinya peluang untuk berada di hatiku. Aku hanya menganggapnya sebagai sahabatku. Tidak lebih. Tapi dia malah menganggapku sebagai milikya. Dimana letak kesalahanku?".
"Bagiku kau yang bersalah. Karena kakak tau? dengan datangnya kakak ke dalam kehidupannya membuat dia tidak pernah memandangku. Bahkan untuk sekali saja dia tidak pernah melakukannya.Bukankah kita berteman sejak kecil dengannya? Aku tau kakak lebih dahulu berteman dengannya. Mengenal dirinya dan akhirnya kakak membawaku ke dalam persahabatan kalian. Tapi kakak tau kan jika aku menyukai kak Rain? Jadi kenapa kakak tetap masuk lebih dalam hidupnya? Dan setelah itu, kenapa kakak malah dengan santainya mengenalkan kak Alex sebagai pacar kakak. Padahal kakak tau kak Rain menyimpan rasa untuk kakak. Disini aku yang berumur 1 tahun lebih muda dari pada kalian. Tapi kenapa aku malah bersikap paling dewasa diantara kalian?. Kakak tau ? selama ini aku diam karena aku tidak ingin mementingkan egoku. Aku memilih diam dan menyimpan semua perasaanku sendirian. Kakak tau bagaimana rasanya? Itu sakit kak. sakit". aku menepuk dadaku. Air mataku merembes kembali. Aku menangis.
"Maaf". Kak nay tertunduk.
"Setelah kak Rain pergi untuk ikut orang tuanya di Jepang? Kakak hanya bilang maaf. Dimana perasaan kakak? Bahkan aku belum sempat mengatakan apapun padanya".Aku terisak. Tubuhku bergetar hebat hilang kendali.
"Maafkan aku. Sungguh. Aku minta maaf". Kak nay mendekat ke arahku. Air matanya mengalir begitu deras. Dan dia memelukku.
Aku membisu. Emosiku sedang labil sekarang. Entah marah entah sedih aku tidak bisa merasakannya.
Tanganku meraih ke arah laci meja belajarku. Membukanya secara perlahan dan mengambil sebuah benda mengkilap yang disebut sebut sebagai benda tajam.
"kak". Panggilku.
"ya". Balasnya sendu.
"Maafkan aku. Jika aku tidak bisa memiliki kak Rain, harusnya kau juga tidak bisa memiliki kak Alex kan?". Ucapku lirih. Tanganku bergerak ke arah perut kak nay. Menghujamkan benda mengkilap itu di sana, dan sukses besar membuat kak nay berlumuran darah. Tubuhnya melemas. Nafasnya tersengal. Dan dengan perlahan dia tumbang. Matanya tertutup dengan perlahan. Benda mengkilap itu sangat dahsyat kan? Itu yang sering di sebut gunting oleh para manusia.
Apa yang membuat guminho menangis separah ini?. Apa dia sedang dalam kondisi tidak baik sekarang?. Atau dia tengah berpartisipasi dengan keadaanku?. Semoga saja iya.
Aku lelah sejak tadi hanya duduk di depan kaca. Melihat seorang gadis yang sangat kacau penampilannya di pantulan kaca. Aku lupa. Aku tengah melihat diriku sendiri saat itu. Begitu buruk sampai aku tidak bisa mengenali diriku sendiri.
"Apa kau tidak bosan? seharian hanya dyduk disana dan tidak melakukan apapun". Kak nay tiba tiba saja duduk di tepi tempat tidurku. Entah kapan dia masuk ke dalam kamarku.
"Apa kakak tidak merasa bersalah?. Aku menoleh. Membuat ekspresi marah dalam kesedihanku.
"Untuk? Oh. Aku memang tidak bersalah. Untuk apa merasa bersalah?". Kak nay menyilangkan kakinya. Dia terlihat begitu tenang.
"setelah apa yang terjadi pada kak Rain?".
"Dia begitu karena kesalahannya sendiri kan? Sebelumnya aku tidak pernah memberinya peluang untuk berada di hatiku. Aku hanya menganggapnya sebagai sahabatku. Tidak lebih. Tapi dia malah menganggapku sebagai milikya. Dimana letak kesalahanku?".
"Bagiku kau yang bersalah. Karena kakak tau? dengan datangnya kakak ke dalam kehidupannya membuat dia tidak pernah memandangku. Bahkan untuk sekali saja dia tidak pernah melakukannya.Bukankah kita berteman sejak kecil dengannya? Aku tau kakak lebih dahulu berteman dengannya. Mengenal dirinya dan akhirnya kakak membawaku ke dalam persahabatan kalian. Tapi kakak tau kan jika aku menyukai kak Rain? Jadi kenapa kakak tetap masuk lebih dalam hidupnya? Dan setelah itu, kenapa kakak malah dengan santainya mengenalkan kak Alex sebagai pacar kakak. Padahal kakak tau kak Rain menyimpan rasa untuk kakak. Disini aku yang berumur 1 tahun lebih muda dari pada kalian. Tapi kenapa aku malah bersikap paling dewasa diantara kalian?. Kakak tau ? selama ini aku diam karena aku tidak ingin mementingkan egoku. Aku memilih diam dan menyimpan semua perasaanku sendirian. Kakak tau bagaimana rasanya? Itu sakit kak. sakit". aku menepuk dadaku. Air mataku merembes kembali. Aku menangis.
"Maaf". Kak nay tertunduk.
"Setelah kak Rain pergi untuk ikut orang tuanya di Jepang? Kakak hanya bilang maaf. Dimana perasaan kakak? Bahkan aku belum sempat mengatakan apapun padanya".Aku terisak. Tubuhku bergetar hebat hilang kendali.
"Maafkan aku. Sungguh. Aku minta maaf". Kak nay mendekat ke arahku. Air matanya mengalir begitu deras. Dan dia memelukku.
Aku membisu. Emosiku sedang labil sekarang. Entah marah entah sedih aku tidak bisa merasakannya.
Tanganku meraih ke arah laci meja belajarku. Membukanya secara perlahan dan mengambil sebuah benda mengkilap yang disebut sebut sebagai benda tajam.
"kak". Panggilku.
"ya". Balasnya sendu.
"Maafkan aku. Jika aku tidak bisa memiliki kak Rain, harusnya kau juga tidak bisa memiliki kak Alex kan?". Ucapku lirih. Tanganku bergerak ke arah perut kak nay. Menghujamkan benda mengkilap itu di sana, dan sukses besar membuat kak nay berlumuran darah. Tubuhnya melemas. Nafasnya tersengal. Dan dengan perlahan dia tumbang. Matanya tertutup dengan perlahan. Benda mengkilap itu sangat dahsyat kan? Itu yang sering di sebut gunting oleh para manusia.
Big (sorry)
Bagiku, hal paling menyedihkan di dunia ini adalah ketika aku tidak bisa
memutar waktu untuk kembali ke saat saat dimana aku menjadi orang
bodoh. Bodoh. Karena melakukan hal yang sia sia sia dan akhirnya malah
membahayakan diriku sendiri.
Aku muak. Pada segala hal. Termasuk pada pada diriku sendiri. Pada semua kegelapan ini, dan rasa sakit ini. Aku muak.
Berapa kali aku meneteskan air matapun, semuanya tidak kunjung membaik. Tidak pernah sedikitpun.
Aku benci akhir November. Aku benci hujan. Dan aku benci harus duduk di bangku ini setiap hari. Pada waktu yang sama. Dan pada posisi yang sama. Jujur aku ingin mengakhirinya. Meskipun aku tau hal itu tak pernah di perbolehkan.
Aku terlalu lelah menghadapi kenyataan. Maka aku telah membuat sebuah keputusan. Aku harus menyudahinya. Dengan caraku sendiri.
Tanganku meraih sebuah benda kecil yang ada di sebelah bangkuku. Entah bagaimana bentuknya, aku sudah lupa. karena aku sudah lama tidak melihatnya. Yang pasti benda itu indah karena mengkilap.
Aku sudah siap. Kuarahkan benda itu ke nadiku. Kemudian mengayunnya secara perlahan. Meresapi setiap hembusan transformasi waktu yang akan aku lalui. Tapi tunggu, aku merasakan kehadiran seseorang di hadapanku. Menahan sebuah benda yang berada di genggamanku dengan tangannya. Dia meremasnya, hingga ku rasakan sebuah cairan menetes di tanganku.
"Sudah kubilang, jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi. Tolong. Hentikan niatmu untuk mengakhiri hidup. Aku minta maaf sungguh. biarkan aku yang mencari jalan keluar untuk kesembuhanmu". Ucap irang itu. Aku mengenali suaranya. Dia.Alex.
"Simpan saja ucapan terimakasihmu, jika itu tidak bisa mengembalikan mataku". Balasku datar.
"Melodi. Tolong, untuk kali ini saja. Maafkan aku. Anggap ini seolah olah hari terakhir untukku". Laki laki keturunan perancis itu kembali berujar. "Aku sayang sama kamu. Au mencintaimu melodi". Bisiknya dengan suara bergetar.
"Tidak akan pernah". Aku mengambil tongkat di sebelahku kemudian pergi.
Aku mendengar sesuatu setelah lima langkah dari tempatku semula. Itu, suara seseorang yang tumbang. Langkahku terhenti. Aku memutar balik badanku. Aku baru sadar. Apa alex terkena goresan dari pisau yang ada di genggamanku tadi?. Oh tidak. Semoga aku salah. Aku lupa. Alex adalah penderita hemofilia. Dia tidak boleh terluka. Atau...
Aku melempar tongkatku asal. Berlari asal untuk menemukan alex. Kupeluk erat dia. Dan aku menangis dalam dkapannya.
"Alex. kau dengar aku? Aku akan memaafkanmu. Tapi dengan syarat jangan pernah tinggalkan aku. kumohon". Aku terisak.
"Aku benar benar minta maaf melodi.Maaf". Bisiknya lemah.
"Iya aku tau. Aku akan memaafkanmu. sungguh. tapi kumohon, bertahanlah". Aku benar benar menangis. Dan saat itu juga, aku merasakan ada sesuatu yang melemas dalam pelukanku. Ada detak jantung yang terhenti disana. Alex..
Manusia paling bodoh yang pernah jatuh pada lubang yang sama adalah aku.Jelas jelas aku tau bahwa penderita hemofilia tidak boleh terluka. Tapi aku malah melukai perasaan alex berkali kali. Entah ada berapa banyak bekas sayatan di hatinya. Entah ada seberapa dalam lubang di sana. Itu semua pasti karena aku. Dan parahnya, aku yang membuat cerita hidupnya berakhir. Aku membuat nafasnya terhenti.
Beberapa saat yang lalu.
"Dia siapa?".
"Dia, kau tau? Aku butuh seseirang yang bisa menemani aku saat kau tidak di sampingku".
"Dia siapa?".
"Dia pacarku".
"Jadi begitu? Kau menghianatiku? Begitu? Baiklah".
Dan setelah mengetahui kenyataan pahit itu. Dengan bodohnya aku menyetir mobil dengan kecepatan extra. Hingga insiden besar itu terjadi, dan akhirnya aku kehilangan penglihatanku.
Sebenarnya, setelah ditelaah memang aku yang salah atas hilangnya penglihatanku. Tapi dengan jahatnya, aku malah memusuhi alex. Memang benar dia telah menghianatiku. Tapi setidaknya dia masih peduli denganku saat aku ingin mengakhiri hidup. Bukan hanya sekali. Tapi bekali kali. Dan dengan jahatnya, aku malah menghentikan nafasnya.Maaf.
Aku muak. Pada segala hal. Termasuk pada pada diriku sendiri. Pada semua kegelapan ini, dan rasa sakit ini. Aku muak.
Berapa kali aku meneteskan air matapun, semuanya tidak kunjung membaik. Tidak pernah sedikitpun.
Aku benci akhir November. Aku benci hujan. Dan aku benci harus duduk di bangku ini setiap hari. Pada waktu yang sama. Dan pada posisi yang sama. Jujur aku ingin mengakhirinya. Meskipun aku tau hal itu tak pernah di perbolehkan.
Aku terlalu lelah menghadapi kenyataan. Maka aku telah membuat sebuah keputusan. Aku harus menyudahinya. Dengan caraku sendiri.
Tanganku meraih sebuah benda kecil yang ada di sebelah bangkuku. Entah bagaimana bentuknya, aku sudah lupa. karena aku sudah lama tidak melihatnya. Yang pasti benda itu indah karena mengkilap.
Aku sudah siap. Kuarahkan benda itu ke nadiku. Kemudian mengayunnya secara perlahan. Meresapi setiap hembusan transformasi waktu yang akan aku lalui. Tapi tunggu, aku merasakan kehadiran seseorang di hadapanku. Menahan sebuah benda yang berada di genggamanku dengan tangannya. Dia meremasnya, hingga ku rasakan sebuah cairan menetes di tanganku.
"Sudah kubilang, jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi. Tolong. Hentikan niatmu untuk mengakhiri hidup. Aku minta maaf sungguh. biarkan aku yang mencari jalan keluar untuk kesembuhanmu". Ucap irang itu. Aku mengenali suaranya. Dia.Alex.
"Simpan saja ucapan terimakasihmu, jika itu tidak bisa mengembalikan mataku". Balasku datar.
"Melodi. Tolong, untuk kali ini saja. Maafkan aku. Anggap ini seolah olah hari terakhir untukku". Laki laki keturunan perancis itu kembali berujar. "Aku sayang sama kamu. Au mencintaimu melodi". Bisiknya dengan suara bergetar.
"Tidak akan pernah". Aku mengambil tongkat di sebelahku kemudian pergi.
Aku mendengar sesuatu setelah lima langkah dari tempatku semula. Itu, suara seseorang yang tumbang. Langkahku terhenti. Aku memutar balik badanku. Aku baru sadar. Apa alex terkena goresan dari pisau yang ada di genggamanku tadi?. Oh tidak. Semoga aku salah. Aku lupa. Alex adalah penderita hemofilia. Dia tidak boleh terluka. Atau...
Aku melempar tongkatku asal. Berlari asal untuk menemukan alex. Kupeluk erat dia. Dan aku menangis dalam dkapannya.
"Alex. kau dengar aku? Aku akan memaafkanmu. Tapi dengan syarat jangan pernah tinggalkan aku. kumohon". Aku terisak.
"Aku benar benar minta maaf melodi.Maaf". Bisiknya lemah.
"Iya aku tau. Aku akan memaafkanmu. sungguh. tapi kumohon, bertahanlah". Aku benar benar menangis. Dan saat itu juga, aku merasakan ada sesuatu yang melemas dalam pelukanku. Ada detak jantung yang terhenti disana. Alex..
Manusia paling bodoh yang pernah jatuh pada lubang yang sama adalah aku.Jelas jelas aku tau bahwa penderita hemofilia tidak boleh terluka. Tapi aku malah melukai perasaan alex berkali kali. Entah ada berapa banyak bekas sayatan di hatinya. Entah ada seberapa dalam lubang di sana. Itu semua pasti karena aku. Dan parahnya, aku yang membuat cerita hidupnya berakhir. Aku membuat nafasnya terhenti.
Beberapa saat yang lalu.
"Dia siapa?".
"Dia, kau tau? Aku butuh seseirang yang bisa menemani aku saat kau tidak di sampingku".
"Dia siapa?".
"Dia pacarku".
"Jadi begitu? Kau menghianatiku? Begitu? Baiklah".
Dan setelah mengetahui kenyataan pahit itu. Dengan bodohnya aku menyetir mobil dengan kecepatan extra. Hingga insiden besar itu terjadi, dan akhirnya aku kehilangan penglihatanku.
Sebenarnya, setelah ditelaah memang aku yang salah atas hilangnya penglihatanku. Tapi dengan jahatnya, aku malah memusuhi alex. Memang benar dia telah menghianatiku. Tapi setidaknya dia masih peduli denganku saat aku ingin mengakhiri hidup. Bukan hanya sekali. Tapi bekali kali. Dan dengan jahatnya, aku malah menghentikan nafasnya.Maaf.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)