Acara pertemuan keluarga besar semakin sering diadakan sejak satu bulan
lalu. Apa ini karena masalahku waktu itu? jadi mereka sengaja melakukan
ini padaku? kalau iya mereka adalah orang jahat. Benar benar jahat.
Dalam acara kali ini aku ijin untuk pulang lebih dahulu. Dengan
alasan sedang tidak sehat. Meskipun dengan kebohongan, yang penting aku
bisa mengakhiri pertemuan ini dengan lebih cepat. kan?
Aku berjalan cepat keluar ruangan. Tapi tiba tiba saja seseorang
menahan tanganku. Aku berbalik. Memandangi seseorang dihadapanku dengan
tatapan bingung. Aku benar benar bingung akan menghadapi laki laki di
hadapanku ini dengan cara apa lagi.
"sampai kapan kau akan pura pura bahagia?". ucapnya. lagi lagi
dengan tatapan itu. Tatapan sendu yang membuatku semakin merasa
bersalah.
"siapa yang berpura pura? aku memang bahagia. Dengan atau tanpa dirimu".
"benarkah itu? tidakkah kau mencintaiku?".
"berhenti omong kosong. ingatlah apa yang telah terjadi satu bulan
yang lalu. Hubungan kita telah berakhir. Dan jangan katakan cinta lagi
padaku karena kau sepupuku! bagian dari keluarga besar ini". suaraku
sedikit bergetar.
"Kau bohong. aku tau kau masih mencintaiku". Dia mulai berkaca kaca lagi. Dan aku tidak sanggup. Untuk melihatnya.
"Dengar. aku sama sekali tidak mencintaimu. Kau tau? sekarang ini bagiku kau hanya bagian dari keluargaku tidak lebih".
Air matanya menetes. Tangannya menarik paksa diriku untuk masuk ke dalam dekapannya.
"Kita bisa menikah tanpa keluarga ini. Aku bisa melakukannya
untukmu". Dia sedikit terisak.Ku lepas tangannya yang tengah mendekapku.
"Kau? Apa yang kau bicarakan? Meninggalkan keluarga ini? Tidak akan
pernah. Aku hanya tinggal memiliki ibuku seorang. Dan keluarga besar
ini, mereka sudah seperti nafasku. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah
meninggalkan mereka. Lebih baik aku kehilangan cintaku dari pada
keluarga ini. Jadi stop! Jangan siksa dirimu hanya untuk diriku. Aku
mohon. lupakanlah aku". Aku memegang bahunya sesaat. Kemudian aku lari
plntang panting masuk ke dalam mobil. Tubuhku bergetar. Mataku memanas.
Dan dadaku terasa sesak.
Aku menangis. Aku sudah tidak sanggup lagi bersikap sok kuat.
Aku masih mencintainya sungguh. benar benar mencintainya tulus dari
lubuk hatiku yang paling dalam. Aku mencintainya. Tapi apa? Kenyataannya
aku hanya orang yang bersifat munafik.
End
Tidak ada komentar :
Posting Komentar